ANGGA TASMITA

JUDUL

Sabtu, 20 Agustus 2011

ILMU PENDIDIKAN

Posted by ANKGA SAPUTRA On 03.17 0 komentar


 

BAB I
Apakah Pendidikan Itu?
           
1. Beberapa Pengertian Tentang Pendidikan
            Paedagogik atau Ilmu pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang mennyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala mendidik. Pedagogik berasal dari bahasa Yunani paedagogie yang berarti “pergaulan dengan anak-anak”. Paedagogos ialah seorang pelayan atau bujang pada zaman Yunani kuno yang kerjanya mengantar dan menjemput anak-anak ked an dari sekolah.
            Pedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin). Perkataan paedagogos yang mulannya berarti “rendah” (pelayan,bjang), sekarang dipakai untuk pekerjaan yang mulia. Paedagoog (pendidik atau ahli didik) ialah seseorang yang tugasnya membimbing anak dalam pertumbuhannya agar dapat berdiri sendiri.
            Ada beberapa Ahli mengumpamakan pekerjaan mendidik itu sama halnya dengan pekerjaan tukang kebun yang memelihara tanam-tanamannya. Ia (tukang kebun) meletakan atau menananm bibtit tanaman di tempat yang lebih digemburkan. Tumbuhan itu tumbuh sendiri, ada yang kurus, ada yang subur, ada yang lekas tinggi dan berbuah, tetapi ada juga yang pendek, tdak berbuah, bahkan ada yang tidak tumbuh atau mati. Situkang kebun tidak adapat memaksa tumbuhan itu agar lekas tinggi dan berbuah, umpanya dengan cara menarik-narik batangnya setiap pagi atau menguakan kuncup bunganya agar lekas mekar. Tanaman itu tumbuh dengan sendirinya oleh kekuatan dari dalam, dan kecampatan tumbuhnya pun berbeda-beda pada setiap tanaman. Situkang kebun hanya bisa mempengaruhi pertumbuhan tanama itu dari luar, umpamanya dengan menyiram tanaman setiap pagi, member pupuk, menyemprot dan membuang ulatnya, menyiangi atau membersihkan tanaman itu, dan apabila perlu memindahkan tanaman itu ketempat lain yang lebih subur.
            Demikian pula, seorang pendidik tehadap anak didiknya. Ia berusaha membimbing atau memimpin pertumbuhan ana, jasmani maupun rohaninya sama halnya situkang kebun, ia pun tidak memaksa pertumuhan anak sekehendaknya. Ia tidak dapat membuat anak agar lekas berjalan atau berkat-kata jika memang belum waktunya
2. Pergaulan dan pendidikan
            Kekuasaan yang ada pada anak-anak terhadap teman-temannya tidak bersifat kekuasaan pendidikan karena kekuasaan itu tidak setuju pada suatu tujuan pedagogis secara disadarinya dan tidak dilakukan dengan sengaja, jadi pergaualan pendagogis hanya terdapat antara orang dewasa dan anak (orang yang belum dewasa).
            Pergaulan pendagogis itu bersifat:
a.       Didalam pergaulan ini ada pengaruh yang sedang dilaksanakan
b.      Ada maksud bahwa pengaruh itu dilaksanakan oleh orang dewasa (dalam berbagai bentuk, misaknya berupa sekolah, pengajian, buku-buku, pelajaran, dan sebagainya) kepada orang yang belum sekolah
c.       Pengaruh itu diberikan atau dilaksanakan dengan sadar dan diarahkan pada tujuan yang berupa nilai-nilai atau norma-norma yang baik yang akan ditanamkan pada diri anak didik atau orang yang belum dewasa.
Dalam pergaulan dengan anak-anak, orang dewasa menyadari tindakannya yang dilakukan oleh anak itu mengandung maksud, ada tujuan menolong anak yanga masih ditolong untuk membentuk dirinya sendiri.
3. Kedewasaan
            Arti kedewasaan kadang-kadang dibadakan menjadi kedewasaan jasmani dan kedewasaan rohani. Ada orang yang mengatakan “Si Anu, kalau dilihat dari jasadnya, sebenarnya sudah dewasa; tetapi kalau dilihat dari sifat-sifat dan tingkah lakunya masih seperti anak-anak padahal kalau kita ingat umurnya sudah 20 tahun.” Jika kedewasaan ditinjau, maka tampak cirri-cirinya yaitu sifat tetap dan sifat teratur dan statis jika dibanding dengan dinamika pada anak-anak yang selalu menhendaki dan mengalami perubahan.
            Pada orang Dewasa telah ada penetapan sendiri atas tanggung jawab sendiri (zelfverantwoordelijk zelfbepaling). Jadi, kedewasaan itu memunyai bentuk dan wujud. Oleh karena itu,kita dapat berkata bahwa seseorang itu telah dewasa atau belum dewasa.
            Dibawah ini perbandingan antara gejala-gejala kekanakan dan gejala kedewasaan sebagai berikut :

Anak-anak
·         Mencari bentuk
·         Tak mempunyai ketetapan
·         Tak ada kemerdekaan
·         Kelihatan mudah berubah
·         Lemah
·         Memerlukan bantuan
·         Sangat mudah terpengaruh (belum mempunyai kenyakinan yang tetap).


Kedewasaan
·   Meneampakan diri sebagai bentuk
·   Beranggapan mempunyai ketetapan
·   Merdeka
·   Tetap, setabil
·   Kuat
·   Membantu
·   Tahu mengambil dan menentukan jalan (tidak bergantuk kepada orang lain).
4. Teori  Pendidikan
       I.            Teori Tabularasa
Teori ini mangatakan bahwa anak yang baru lahir tu dapat di umpamakan sebagai kertas putih yang belum ditulis (a sheet of white paper avoid of all characters)
    II.            Teori Nativisme
Lawan dari empirisme adalah Nativisme, Nativus (latin) berarti Karena kelahiran. Aliran Nativisme berpendapat bahwa tiap-tiap anak sejak kelahiran sudah mempunyai berbagai pmbawaan yang akan berkembang sendiri menurut arahnya masing-masing. Pembawaabn anak itu ada yang baik ada yang buruk. Pendidikan tidak perlu dan tidak berkuasa apa-apa.
5. Tujuan Pendidikan
            dalam pasal-pasal dimuka sudah dikatakan bahwa pendidikan ialah pimpinan orang dewasa terhadap anak dalam perkembangannya kearah kedewasaan. Jad, terang sudah tujuan Umum pendidikan adalah membawa anak kepada kedewasaannya, yang brarti ia harus dapat menentukan diri sendiri dan bertanggung jawab sendiri. Anak harus dididik menjadi anak yang sanggup mengenal dan berbuat menurut kesusilaan. Orang dewasa adalah orang yan sudah menetahui dan memiliki nilai-nilai hidup, norma-norma kesusilaan, keindaha, keagamaa, kebenaran, dan sebagainya, dan hidup sebagai nilai-nila dan norma-norma itu.
6. Macam-macam Tujuan Pendidikan
            Didalam bukunya Beknofte Theoretische peadagogiek, Langaveld mengutarakan macam-macam tujuan pendidikan sebagai berikut:
A.    Tujuan Umum
Disebut juga tujuan sempurna, tujuan terakhir, atau tujuan bulat. Tujuan umum adalah tujuan didalam pendidikan yang seharusnya menjadi tujuan orang tua atau pendidik lain, yang telah ditetapkan pendidik dan selalu dihubungkankan dengan kenyataa-kenyataan yang terdapat pada anak didik itu sendiri dan dihubungkan dengan syarat-syarat dan ala-alat untuk mencapai tujuan umum itu.
B.     Tujuan-tujuan tak sempurna (tak lengkap)
Yang dimaksud dengan tujuan tak sempurna atau tak lengkap ialah tujuan yang mengenai segi-segi kepribadian  manuia yang hendak dicapai dengan pendidikan itu.
C.     Tujuan-tujuan sementara
Tujuan sementara umpamanya, kita melatih anak belajar berbicara sampai sekarang anak itu dapat berbicara. Dalam hal ini tujuan kita sudah tercapai (tujuan sementara), yaitu anak yang bisa berbicara.
D.    Tujuan-tujuan perantara, dan
Tujuan ini berantung pada tujuan sementara ialah sianak harus belajar membaca dan menulis. Setelahditentukan untuk apa anak belajar membaca dan menulis itu, dapatlah sekarang bebagai macam kemungkinan untuk dicapainya itu dipandang sejajar tujuan perantara, seperti metode mengajar, dan metode membaca.
E.     Tujuan insdental
7. Beberapa Pendapat Tentang Tujuan Pendidikan
            Tujuan pendidikan itu ditentukan oleh “pandangan hidup” manusia, karena “pandangan hidup” manusia itu berlain-lainan, berbeda-beda pula apa yang hendak dicapai dengan pendidikan itu. Jadi, titik berat yang hendak dituju, berbeda-beda pula seperti :
a.       Ada Ahli didik yang lebih menitik beratkan kepada keTuhanan atau Agama (lihat: tujuan tak lengkap). Semua pendidikan dimaksudka membewa sianak agar ia selalu berbakti kepada Tuhannya, selalu hidup menuruti dan sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Agamanya.
b.      Ditinjau dari sudut anak atau manusia itu sendiri, disamping kedua pendirian diatas, ada pula pendidikan yang mementingkan anak itu sendiri sebagai pribadi, dan ada pula yang lebih memntingkan manusia itu sebagi anggota masyarakat. Sehingga dalam hal ini timbullah yang disebut dengan pendidikan Individual (Indivedueele opvoedin) dan pendidikan kemasyarakatan (sociale opvoeding).
J.J. Rousseau, umpanya, lebih mementingkan pendidikan individual dari pada pendidikan kemasyarakatan. Ia berpendapat bahwa manusia itu dilahirkan adalah baik, suci, dan kebanyakan anak itu menjadi rusak karena manusia itu sendiri atau karena masyarakat. Oleh karena itu Rousseau dalam pendidikannya menganjurkan agar anak-anak dididik sesuai dengan Alamnya.
John Dewey, seorang Ahli Filsafat dan ahli didik Bangsa Amerika berpendapat bahwa pendidikan kemsyarakatanlah yang paling penting dari pada pendidikan individual.
Tujuan pendidikan menurut Dewey ialah membentuk manusia menjadi warga Negara yang baik. Untuk itu, disekolahan-sekolahan diajarkan masyarakat, sebagai anggota masyarakat dan sebagai Warga Negara.
c.       Pendapat Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan, terutama pendidikan bagi anak-anak kita Indonesia. Asas-asas Taman Siswa sebagai berikut :
v  Hak seorang akan mengatur dirinya sendiri (zelfbeschikingsrecht) dengan mengingat persatuan dengan erikehidupan umum (maastchappelijke saamhorigheid),ituah pertama.
v  Tertib dan damai (tatadan tentrem, orde en vrede), itulah tujuan yang setinggi-tingginya.
v  Bertumbuh dengan dengan kodrat (natuurlijke groei), itulah yang perlu sekali untuk segala kemajuan (evolutie), dan haus dimerdekakan seluas-luasnya.
v  Dalam system ini maka pengajaran berarti mendidik anak akan menjadi manusia yang merdeka batinnya, merdeka pikirannya, dan merdeka tenaganya. Pengetahuan yang baik dan perlu ialah yang bermamfaat untuk keperluan lahir dan batin dalam hidup bersama (social belang).
Nyatalah dari uraian diatas bahwa yang menjadi dasar untk segala usaha Taman Siswa itu ialah apa yang disebut “panca darma Taman Siswa” yang berisikan lima syarat mutlak nyaitu :
·         Dasar kodra Ala
·         Dasar kebudanyaan
·         Dasar kemerdekaan
·         Dasar kebangsaan, dan
·         Dasar kemanusiaan.
Pendidikan Taman Siswa berlaku menurut “Sistem Among” yaitu sitem yang mengemukakan dua dasar :
·         Kemerdekaan sebagai syarat untuk menghidupkan dan menggerakan kekuaatan lahir dan batin sehingga dapat hidup merdeka (berdiri sendiri)
·         Kodrat Alam sebagai syarat menghidupkan dan mencapai kemajuan dengan secepat-cepatnya dan sebaik-baiknya.
8. Tujuan Pendidikan dan Pengajarn di Indonesia
            Pemerintah Indonesia telah menggariskan dasar-dasar dan tujuan pendidikan pengajaran itu didalam undang-undang nomor 12 tahun 1954, terutama pasal 3 dan 4 yang berbunyi sebagai berikut :
Pasal 3    : tujuan pendidikan dan pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap dan warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahtraan masyarakat dan tanah Air.
Pasal 4    : pendidikan dan pengajaran berdasarkan atas asas-asas yang termaktub “Pancasila” UUD Negara Republik Indonesia dan atas kebudanyaan kebangsaan Indonesia.
            Kalau kita meneliti apa yang tercantum pada pasal-pasal diatas, nyatalah apa yang menjai tugas pendidik itu, yaitu :
a.       Membentuk manusia susila
b.      Membentuk manusia susila yang cakap
c.       Membentuk warga Negara
d.      Membentuk warga Negara yang demokratis
e.       Membentuk warga Negara yang bertanggung jawab tentang kesejahtraan masyarakat dan tanah Air.
Didalam GBHN 1983-1988 tujuan pendidikan dinyatakan sebagai berikut :
Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila, bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan yang maha Esa, kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan, dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembagunan yang dapat membangundirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
9. Anak Harus Dididik Menjadi Susila
a.       Manusia susila ialah manusia yang hidupnya selalu menuruti dan sesuai dengan norma-norma kesusilaan yang sedang berlaku.
b.      Dapatkah watak itu dididik ?
Watak manusia itu dibagi menjadi dua bagian :
1.      Watak biologis, yaitu yang berhubungan dengan nafsu dan insting yang rendah, yang terikat pad kejasmanian. Menurut Kerschensteiner, watak biologis ini tidak dapat diudah dan dididik.
2.      Watak inteligibel (watak budi), yaitu watak yang berhubungan dengan budi atau akal pikiran manusia. Watak inteligibel inilah yang dapat diubah dan dididik. Watak ini mangandung unsur-unsur sebagi berikut : kekuatan kemauan, kejernihan keputusan, kehalusan perasaan, dan aufwuhbarkeit (lama dan mendalamnya getaran jiwa).
c.       Mengapa pendidikan kesusilaan itu penting?
Seperti yang telah tertera dalam Undang-Undang Pendidikan pasal 3 tersebut dimuka.
Dengan menggunakan pengajaran feudal colonial itu , secara langsung atau tidak langsungpenjajah telah berhasil menggolong-golongkan, memisah-misahkan bangsa kita menjadi berbagai tingkatan atau kasta: golongan rendah dan bodoh, golongan bangsawan, ningrat, priyayi, dan sebagainya. Didikannya bangsa kita menjadi bangsa yang patuh, taat, menurut saja, mengabdi, selalu inggih sendika kepada atasannya: penjajah! Kita tidak dididik menjadi bangsa yang dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab.kita diperlakukan bangsa yang rendah, hina dan bodoh.
            Dari uraian diatas, nyatalah bahwa unsure-unsur kesusilaan yang telah rusak akibat zaman yang telah lalu perlu kita perbaiki dan kita bangun kembali menjadi jiwa bangsa yang sesuai dengan cita-cita pendidikan bangsa Negara dewasa ini.
10. Anak Harus Dididik Menjadi Manusia yang Cakap
            Banyak orang yang menafsirkan cakap itu sama dengan “pandai” yang berarti banyak hafal tentang pelajaran yang diberikan disekolah. Orang yang berpendirian demikian akan merasa puas jika murid-muridnya hafal dan dapat memproduksikan kembali pelajaran-pelajaran yang telah diberikan dan pertanyaan-pertanyaan atau soal-soal yang diajukan kepada meraka. Bagi pendidik yang demikian, cakap berarti memiliki pengetahuan banyak dan mendidik manusia cakap berarti memasukan pengetahuan-pengetahuan yang banyak kepada otak anak-anak.
            Orang yang cakap tidak setatis, apatis atau masa bodoh, juga masyarakat membutuhkan orang yang dapat menmpatkan diri, menyesuaikan diri dalam masyarakat sesuai dengan pembawaan, kecakapan dan pembawaan, dan kemampuannya. The right man the right place kata orang Inggris. Didalam masyarakat terdapat macam-macam jabatan dan pekerjaan yang masing-msing membutuhkan syarat-syarat dan kecakapan yang berlain-lainan dari anggotanya.
            Dari uraian diatas, nyatalah jadi yang dimaksud dengan orang yang cakap itu tidak hanya orang yang banyak memiliki banyak ilmu pengetahuan saja. Bahkan bukan itu yang nomor satu. Orang yang dimaksud cakap yaitu orang yang pandai menggunakan daya akal pikirannya dengan baik sehingga pekerkjaan yang harus dilakukan dengan menggunakan daya-daya akal dan pikiran dapat berlansung dengan cepat dan lancar.
11. Anak Harus Dididik Menjadi Warga Negara yang Demokratis dan Bertanggung Jawab
            Negara kita adalah Negara yang Demokrasi; seuatu Negara yang kekuasaanya ada pada rakyat, yang pemerintahannya dipilih oleh rakyat, bukan ditentukan oleh seorang atau golongan orang saja. Rakyatlah yang menentukan arah, kemana Negara kita itu akan dikemudikan, untuk apa Negara itu dimajukan dan dipertahankan.
            Untuk itu diperlukan bagi tiap-tiap warga negara
v  Suatu pengetahuan yang cukup tenang kewarganegaraan (civic), ketatanegaraan, kemasyarakatan, soal-soal pemerintahan yang pentig.
v  Suatu kesadaran dan kesanggupan, suatu semangat menjalankan tugasnya, dengan mendahulukan kepentingan negara atau masyarakat daripada kepentingan sendiri atau kepentingan kelompok kecil manusia.
v  Suatu kesadaran dan kesangupan memberantas kecurangan-kecurangan dan perbuatan-perbuatan yang menghalangi kemajuan dan kemakmuran masyarakt dan pemerintahan.
B. BAHAN PENILAIAN UTS
1. Tujuan Pendidikan Nasional
            Diadalam UU No.2 Tahun 1989 tentang system pendidikan Nasional, Bab I pasal 1 ayat (2) disebutkan: “Pedidikan Nasional adalah pendidikan yang bearakar pada kebudanyaan bangsa Indonesia yang berdasarkan UUD 1945”.
            Telah dikatakan bahwa rumusan tujuan pedidikan selalu mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan perkembangan kehidupn masyarakat dan Negar yang bersangkutan. Berikut ini beberapa contoh rumusan tujuan pendidikan yang dikemukakan didalam ketetapan MPRS dan MPR serta UUSPN No.2 Tahun 1989.
·         Didalam Tap MPRS No.XXVII/MPRS/1966 Bab II pasal 3 dicantumkan :”tujuan pendidikan membentuk manusia Pancasila sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan sepreti yang dikehendaki pembukaan dan isi Undang-Undang Dasar 1945”
·         Tap MPR No.IV/MPR/1978 menyebutkan : “Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan bertujuan meningkatkan ketakwaan terhadapa Tuhan yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi, budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.”
·         Didalam Tap MPR No.II/MPR/1988 dikatakan : “Pendidikan Nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, madiri, cerdas, terampil, serta sehat jasmani dan rahani.
·         Yan terakhir, didalam Undang-Undang No.2 Tahun1989 tentang sisitem Pendidikan Nasional, Bab II pasal 4 dikemukakan:”pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadapa Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta bertanggung jawabkemasyarakatan dan kebangsaan.”
2. Masalah Tujuan Dalam Pendidikan dan Pengajaran
            System pernyataan yang jelas tentang tujuan pendidikanakan merupakan dasar pokok bagi pemilihan metode yang bahan pengajaran serta pemilihan alat-alat untuk menilai apakah pengajaran itu telah berhasil”. Demikian pernyataan yang dikemukakan Robert F. Mager (1975) dalam kata pengantar bukunnya preparing Instructional Objectivitas.
            Seperti dikatakan Mager (1975:5), sedikitnya ada tiga alasan pokok mengapa guru harus meperhatikan/merumuskan tujuan pengajarannya.
Pertama, jika guru tidak merumuskan tujuan atau menentukan tujuan pengajaran tetapi kurang jelas maka ia tidak akan dapat memilih atau merancang bahan pengajaran, isi,ataupun metode yang tepat untuk diajarkan dalam pengajaran itu. Pengamatan dan pengalaman kita mengetahui, karena tidak pernah merumuskan tujuan pengajaran guru-guru pada umumnya cenderung pada hanya menggunakan satu metode yang dianggap paling mudah yakni mtode ceramah saja.
Kedua, tidak adanya rumusan tujauan pengajaran yang jelas bagi guru sehingga sukar mengukur atau menilai sampai sejauh mana keberhasilan pengajaran itu. Rumusan pengajaran yang jelas dan menggambarkan suatu per-Formance yang diharapkan dikuasai oleh murid setelah mempelajari bahan pelajaran tertentu. Makin jelas rumusan pengajaran, makin mudah bahi guru member Instrumen penilaian mana yang tepat dipergunakan untuk mengukur atau menilai keberhasilan tujuan yang telah dirumuskan itu.
Ketiga, tanpa adanya rumusan tujuan yang jelas, sukar bagi guru untuk mengorganisasikan kegiatan-kegiatan atau usaha-usaha siswa dalam pencapaian tujuan pengajaran itu. Seperti telah dikatakan dimuka, dengan adanya tujuan yang jelas memungkinkan guru memilih metode mana yang sesuai sehingga proses belajar mengajar itu benar-benar mengarah dan dapat mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Bagi guru, setiap pemilihan metode berarti menentukan jenis proses belajar mengajar mana yang dianggap lebih efektif untuk mencapai tujuan yang telah dirmuskan.
3. Merumuskan Tujuan Intruksional
            Kriteria Merumuskan TIK
            Manurut Mager (1975 : 21) tujuan rumusan Intruksional yang baik harus memenuhi tiga syarat yaitu :
a)      Performance, tujuan Intruksional selalu menyatakan apa yang diharapkan dilakukan oleh siswa. Jadi, harus berbebuk tingkah laku siswa yang dapat diamati dan dapat diukur.
b)      Condition, tujuan Intruksional menyatakan pula dalam kondisi yang bagaimana tingkah laku tersebut diharapkan akan terjadi.
c)      Criterion, dalam rumusan tujuan Intruksional tergambar suatu criteria, sampai sberapa jauh penampilan tingkah laku siswa yang diharapkan. Dengan kata lain, harus jelas tingkat kemampuan atau/tingkah laku siswa itu dikatan dapat diterima atau tercapai.
Setelah terperinci syarat-syarat perumusan TIK yang dikemukakan Mager tersebut diatas dapat diuraikan sebagai berikut:
1.      Harus menggunakan kata kerja operasional, seperti :
Murid harus menyebutkan……..
            Menuliskan……..
            Memilih…….
            Membandingkan……..
            Dan sebagainya…………
Kurang operasional jika :
Murid dapat mengetahui…….
            Memahami…………
            Menghargai………..
            Mempercanyai……..
            Dan sebagainya.
2.      Harus dalam bentuk hasil (produk) beajar. Bukan apa yan dipelajari tetapi hasil apa yang dia peroleh setelah mempealajari sesuatu. Hasil belajar tersebut harus mencerminkan perubahan tingkah laku siswa.
3.      Harus berbentuk tingkah laku siswa. Tujuan Intruksional harus bertolak pada perubahan tingkah laku siswa dan bukan pada tingkah laku guru. Dalam hal ini harus dapat dibedakan antara tujuan Intrksional dan proses mengajar. Berikut ini sebuah diagram yang menunjukan perbedaan kedua pengertian tersebut.

Tujuan Itruksional
Proses Mengajar
1.      Siswa dapat menyebutkan dengan tepat pungsi thermometer
2.      Siswa dapat menghitung luas bujur sangkar yang diketahui panjang salah satu sisinya.
1.      Mengajarkan kepada siswa fungsi thermometer
2.      Mengajarkan kepada siswa cara meghitung luas bujur sangkar

4. sebaiknya hanya meliputi satu jenis tingkah laku. Jika lebih dari satu tingkah laku, tujuan tersebut sukar diukur atau dievalusai. Oleh karena itu, tujuan yang bersikap rangkap sebaiknya dipecah menjadi beberapa tujuan yang tunggal.misalnya tujuan yang rangkap seperti :
                  “siswa dapat menyebutkan tiga buah paktor yang menyebabkan pecahnya perang Dunia II dan negara besar yang memegang peranan dalam perang dunia tersebut”.
Sebaiknya tujuan ini dipecahkan menjadi :
a)      Siswa dapat menyebutkan tiga factor yang menyebabkan percagnya perang dunia II
b)      Siswa dapat menyebutkan tiga negara besar yang memegang peranan penting dalam peraang dunia II
5. harus jelas batas atau tingkat kemampuan/tingkah laku yang dituntut terhadap siswa. Tujuan Intruksional tidak boleh terlalu luas atau terlalu umum, sehingga sukar diukura atau dievaluasi, karena tidak jelas batas atau tingkat kemampuan yang harus dicapai siswa.
Contoh tujuan yang terlalu luas
“siswa menyebutkan nama-nama buah-buahan yang berasal dari daerah pasar minggu”.
Yang lebih baik adalah
“siswa dapat menyebutkan lima macam buah-buahan yang banyak ditanam didaerah pasar minggu”.



4. TIK dan Tingkat Kemampuan Siswa
            Merujuk pada pendapat Bloom tetang hasil belajar siswa, ada tiga macam ranah yang merupakan penggoloongan hasil belajar yang perlu diperhatikan dalam setiap proses belajar mengajar, yaitu :
Ø  Ranah Kognitif mencakup hasil belajar yang berhubungan dengan ingatan, pengetahuan, dan kemampuan Intelektual.
Ø  Ranah Efekti mencakup hasil belajar yang berhubungan dengan sikap, nilai-nilai, perasaan, dan minat.
Ø  Ranah psikomotorik mencakup hasil belajar yang berhubungan dengan keteramilan fisik/gerak yang ditunjang oleh kemampuan psikis.
Ranah Kognitif oleh Bloom dibagi menjadi enam tingkat kemampuan, yaitu:
a.       Kemampuan Ingatan (knowledge)
Yang dimaksud dengan kemampuan Ingatan (knowledge) ialah tingkat kemampuan yang hanya meminta reponden atau siswa untuk mengenal untuk mengetahui adanya konsep, fakta, atau istilah-istilah tanpa harus mengerti atau dapat menilai atau menggunakannya.dalam hal ini siswa hanya dituntut kembali (recall) atau menghapal saja.
b.      Kemampuan Pemahaman (Comprehention)
Adalah tingkat kemampuan menuntu siswa mampu memahami konsep atau arti, situasi serta, fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini siswa bukan hanya hapal secara verbalistis, tetapi mengerti atau paham terhadap konsep atau fakta yang ditanyakannya.
c.       Kemampuan Penerapan (Application)
Dalam tingkat ini aplikasi, siswa dituntut kemampuannya untuk menerapkan atau menggunakan apa yang telah diketahuinya dalam situasi yang aru baginya. Dapat dikatakan Aplikasi adalah penggunaan abtraksi pada situasi konkret atau situasi khusus. Abtraksi yang dimaksud berupa ide-ide teori petunjuk teknis dan sebagainya.
            Contoh : setelah mempelajari sipat-sipat benda yang ada di Ala ini, siswa dapat mengklasifikasi benda-banda di Ala ini menurut sifat-sifatnya.
d.      Kemampuan Penguraian (Analysis)
Tingkat kemampua penguraian atau analisis adalah tingkat kemampuan yang menuntut siswa menguraikan atau menganalisis suatu integritas atau situasi tertentu kedalam komponen-komponen atau unsur-unsur pembetukannya. Pada tingkat analisis siswa diarapkan dapat memahami dan sekaligus dapat memilah-milahnya menjadi bagian-bagian.
            Contoh : dengan mempelajari speristiwa-peristiwa yang terjadi sehari-hari, siswa dapat mengurikan secara sistematis bagaimana proses terjadinya hujan.
e.       Kemampuan Penyatuan (Synthesis)
Kemampuan yang kelima adalah sintesis yang berarti penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian dalam suatu bentuk yang menyeluruh. Kemampuan sistesis merupakan kebalikan dari kemampuan analisis. Tanpa memiliki kemampuan sintesis, seseorang hanya dapat melihat bagian-bagian atau komponen-komponen secara terpisah tanpa arti.
            Contoh: setelah mengadakan Observasi disuatu daerah, siswa secara berkelompok dapat menyususn rencana arau langkah-langkah bagaimana cara melaksanakan karya wisata kedaerah tersebut.
f.       Kemampuan Penilaian (Evaluation)
Kemampuanl Kognitif yang terakhir adalah evaluasi atau penilaian. Kemampuaa berpikir evaluasi menurut siswa untuk membuat penilaian tentang suatu pernyataan, konsep, situasi, dan sebagainya, berdasarkan suatu criteria tertentu.
Ada dua kiteria dalam evaluasi, yaitu : Internal, dan eksternal, bentuk evaluasi berdasarkan Internnal dapat berpa:
·         Mnegukur probilitas suatu kejadian
·         Meerapkan kriteria tertentu pada suatu karya
·         Mengenal ketetapan, kesempurnaan dan relevansi data,
·         Membedakan valid tidaknya suatu generalisasi, argumentasi, dan semacamnya.
Bentuk Kriteria berdasarkan eksternal, antara lain :
·         Menggambarkan setandar sediri tentang kualitas karya tertentu
·         Membandingkan suatu karya dengankaraya yang lain yang bersetandar tinggi
·         Memaningkan berbagai teori, generalisasi, dan  fakta suatu budanya.
5. Kewibawaan Dalam Pendidikan
A.          Apakah kewibawaan Gezag itu ?
Gezag berasal dari kata zeggen yang berarti “berkata”. Siapa yang perkataannya memiliiki kekuatan mengikat terhadap orang lain, berarti memiliki kewibawaan atau gezag terhadap orang lain.
Gezag atau kewibawaan itu ada pada orang dewasa, terutam,a ada pada orang tua. Dapat kitakatan kewibawaan yang ada pada orang tua itu (Ibu dan Bapak) adalh asli. Hak dan kewajiban yang ada pada orang tua itu keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan.
B.     Apakah perbedaaan antara kewibawaan Orang Tua dan Kewibawaan Guru atau Pendidik-Pendidik Lainnya Terhadap Anak Didiknya.
A.    Kewibawaan orang tua memiliki dua sipat :
Kewibawaan Pendidikan
Pembawaan pendidikan itu berakhir jika anak itu sudah menjadi dewasa. Adapun nasihat-nasihat yang diminta atau diterimanya dari orang tuanya dari orang tua meskipun orang yang diminta atau menerima nasihat itu sudah dewasa, itu baik juga, dan banyak juga, yang dituruti. Tetapi, hal itu hendaknyua timbul dari hati yang tulus ikhlas, tidak karena suatu keharusan.
Kewibawaan Keluarga
Oraang tua merupakan kepala dari suatu keluarga. Tiap-tiap keluarga merupakan “masyarakat kecil”, yang sudah tentu dalam maerupakan masyarakat itu harus ada peraturan-peraturan yang harus dipatuhi dan dijalankan. Kewibawaan keluarga itu bertujuan untuk pemelliharaan dan keselamatan kelaurga itu. Soal sudah dewasa atau belum, itu bukan soal yang penting lafgi.
B.     Kewibawaan Guru atu pendidik-pendidik lainnya, yang karena jabatan juga memiliki dua sifat :
Kewibawaan pendidikan
Guru atau pendidik karena jabatan menerima kewibawaannya sebagian lagi dari pemerintah yang mengangkat mereka. Kewibawaa pendidikan yang ada pada ini terbatas oleh banyaknya anak-anak yang diserahkan kepadanya, dan setiap tahun berganti murid.
Kewibawaan memerintah
Selain memiliki kewibawaan pendidikan, guru atau pendidik karena jabatan juga mempunyai kewibawaan memerintah. Mereka telah dinerikan kekuasaan (gezag) oleh pemerintah atau instansi yang mengangkat mereka. Kekuasaan tersebut meliputi pimpinan kelas; disanalah anak-anak telah diserakan kepadanya.
C.     Fungsi Kewibawaan dalam Pendidikan
Perbawa pendidikan adalah, pembawa yang dipergunakan sampai pada waktu  sianak menjadi dewasa, dann sesudah dewasa, gezag itu dihentikan
Bagaimana sikapa anak terhadap kewibawaan pendidik? Dalam hal ini Langeveld menjelaskan :
a)         Sikap menurut atau mengikut (Volgen), yaitu mengakui kekuasaan orang lain yang lebih besar karena paksaan,takut, jadi bukan tunduk atau menurut yang sebenarnya.
b)         Sikap tunduk atau patuh (gehoorzamen), yaitu dengan sadar mengikuti kewibawaan, arinya mengakui hak orang lain untuk memerintah dirinya, dan dirinya merasa teriakat untuk memnuhi perintah itu.
Arti “trotz-periode-pertama” (3-4.6) menurut Langeveld
            Beberapa ahli psikologi berpendapat bahwa protes pertama itu ialah suatu masa yang didalamnya sianak mengetahui bahwa bahwa ia memiliki kehendak sendiri, dan dengan kehendaknya itu ia mengadakan eksperiman; ia ingin mencoba kehedaknya itu yang biasanya bertentangan dengan kehendak atau keinginan orang dewasa/orang tuanya. Oleh karena itu disebut dengan “masa menetang” (masa protes), krisis gezag yang pertama.
            Menurut Langeveld, disini kita tidak beradapan dengan krisis gezag, tetapi masa itu masa peralihan dari sikap menurut yang primitive kepembentukan siakap patuh atau sikap menurut sebenarnya yang pertama, yang masih terikat pad pribdinya. Hal ini berlaku juga bagi lain-lain sikap, misalnya kebrsihan, keagamaan, dan sebaginya.
D.    Bagaimana Pendidik Seharusnya menggunakan Kewibawaannya
Penggunaa kewibawaan pada pendidikan harus berdasarkan factor-faktor berikut:
a)      Pendidik hendaklah mengabdi kepada pertumbuhan anak yang belum selesai perkembangannya. Dengan kebijaksanaan pendidik, hendaklah anak dibawa kearah kesanggupan memakai tenaganya dan pembawaannya yang tepat.
b)      Pendidik hendaklah member kesempatan kepada anak untuk bertindak atas inisiatif sendiri. Kesempatan atau keleluasaan itu hendaknya makin lama makin , sesuai dengan perkembangan dan bertambahnya umur anak.
c)      Pendidik hendaknya menjalankan kewajiban itu dasar cinta kepada sianak. Ini berarti bermaksud hendak berbuat sesuatu untuk kepentingan sianak. Jadi bukan melarang untuk kepentingannya sendiri.
Catatan:
Bagi orang tua, cinta ini adalah hubungan yang sewajarnya. Tetapi, bagi pendidik,,` yang karena jawaban (guru, dan sebagainya), kewibawaan cinta ini umumnya didasarkan atas kecakapan  yang istimewa yang didapatkan selama belajar dan dari pengalaman-penglaman dalam praktik, dan ada juga yang karena pembawaannya.
E.     Kewibawaan dalam Masyarakat Orang Dewasa dan Kewibawaan dalam Pendidikan
                                           I.            Kewibawaan dalam masyarkat orang dewasa
Ø  Didalam negara(yang berdasarkan demokrasi) ada tiga badan yang memegang kewibawaan, yaitu badan legislative, eksekutif, dan yudikatif.
Anggota-anggota masyarakat adalah orang-orang yang tela dewasa yang berarti bahwa mereka sudah seharunya mempunyai cukup kesadaran akan keharusan dan faidah kewajiban-kewajiban yang diletakan kebebasan mereka.
Ø  Masyarakat orang dewasa menurut atau patuh kepada pendukung-pendukung kekuasaan pemerintah itu karena bukan orang-orang itu telah mendapat pengangkatannya untuk menjalankan kewajibannya.
Ø  Tentu saja pemerintah akan menjadi lebih lancar jalannya jika UU dan peraturan-peraturan yang berlaku didalamnya itu diturui atau ditaati warga negaranya bukan karena takut akan sanksi-sanksi hukumnya saja, melainkan karena didalam batin kita menyetujui segala peraturan-peraturan itu.
Ø  Kewibawaan dan pelaksanaan kewibawaan dalam masyarakat orang dewasa tidak menjadi berkurang, tetapi tidak setabil karena tujuannya adalah hendak megatur perputaran masyarakat yang baik.

                                        II.            Kewibawaan dalam pendidikan
Ø  Kewibawaan dan pelaksanaan kewibawaan dalam keluarga, yang terutama tidak dimaksudkan untuk melaksanakan berputarnya roda “masyarakat kecil” itu. Kewibawaan dalam keluarga ialah untuk membawa kekedewasaannya.
Tujuan kewibawaan dalam pendidikan untuk norma-norma dengan wibawa itu pendidik hendak membawa sianak agar dapat mengetahui, memiliki, dan hidup sesuai dengan norma-norma itu.
Ø  Pelaksanaan kewibawaan dalam pendidikan itu harus bersandarkakan kepada perwujudan norma-norma dalam diri sipendidik sendiri.
Dalam hal ini,kita menyetujui pendapat Langeveld yang mengatakan “tidak ada seorangpun yang lebih banyak kewibawaannya dari pada mereka yang meujudkan kewibawaan itu dalam sendiri.”
Ø  Dimuka telah dikatakan bahwa negara dapat berjalan baik selama warga negaranya hidup sesuai dengan UU dan peraturan-peratiran yang berlaku dinegara itu. Tetapi, dalam pendidikan, pertama-tama yang kita tuju ialah bahwa sianak dengan penuh kepercanyaan dirinya kepada pendidiknya (orang tuanya), dengan demikian mencapai persesuaian batin.
Ø  Wibawa dan pelaksanaan wibawa dalam masyarakat tetap, akan tetapi dalam pendidikan aka selalu berkurang, dan akhirnya selesai bila telah tercapai tingkat kedewasaan.




F.     Kewibawaan dan Identifikasi
Identifikasi mengandung dua arti:
v  Sianak mengidentifikasikan dirinya dengan kepentingan dan kebahagiaan sianak. Ia berbuat Karena anak belum dapat berbuat sendiri ia memilih untuknya.
Sipendidik memilih, mempertimbangkan, dan memutuskan untuk anak didiknya. Hal demikian dapat dipertanggung jawabkan, dan memang perlu, selama sianak itu sendiri belum memilih mempertimbangkan, dan mengambil keputusan untuk dirinya.
v  Sianak mengidentifikasikan dirinya terhadap pendidiknya. Identifikasi anak sebagai makhluk yang sedang tumbuh, tentu saja berlain-lainan menurut perkembangan umurnya, menurut pengalamannya.
Pada anak ada dua kemungkinan cara mengidentifikasi itu:
v  Ia dapat sama sekali melenyapkan diri sendiri, ia menurut dengan sempurna, tidak menentang; perintah larangan dilakukan yang fasif saja. Bahanya ialah didalam diri anak itu tidak tumbuh kesadaran akan norma-norma sehingga ia tidak akan mungkin sampai pada tingkatan “penentuan sendiri”
v  Karena ikaran sang pemegang-wibawa (pendidik) terlalu kuat erat sehingga merintangi perkembangan “Aku” anak itu. Tetai, ikatan yang sangat kuat itu dapat juga menimbulkan usaha yang sangat aktif untuk mencapai persamaan dengan pendidiknya: “berbuat seperti apa yang diharapkan dari pendidiknya” itu. Disinipun masih ada bahanya, yaitu menurutnya itu tidak seperti apa yang dikehendaki, yakni memperoleh norma-norma bagi diri pribadinya.
Kesimpulan : identifikasi pada diri seorang anak kecil mula-mula tertuju kepada diri pribadi pendidikya dan dengan demikian kemudian tertuju pada nilai-nilai dan norma-normanya; kelak ia lebih melapaskan lagi dai diri pendidiknya, dan lebih lagi menunjukan dirinya kepada nilai-nilai dan norma-norma itu.
Jelaslah bahwa fungsi kewibawaan dalam pendidikan ialah membuat sianak mendapatkan nilai-nilai dan norma-norma hidup.
6. Hubungan Pembawaan/Keturunan dan Lingkungan didalam Pendidikan
1.      Pembawaan dan lingkungan
Soal pembawaan ini adalah soalyang tidak mudah dan dengan demikian memerlukan penjelasan dan uraian yang tidak sedikit. Seperti yang telah disinggung dalam bab yang lalu mengenai hal ini ada beberapa penjelasan.
a.      Aliran Nativisme
Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia itu telah tentukan oleh faktor-faktor yang dibawa manusia sejak lahir, pembawaan yang telah terdapat pada waktu dilahirkan itulah yang menetukan hasil perkembangannya. Jadi, kalau benar pendapat tersebut,percumalah kita mendidik,atau dengan kata lain pendidikan tidak perlu. Dalam ilmu pendidikan, hal ini disebut pesimisme pedagogis.
b.      Aliran Naturalisme
Nature artinya Alam atau apa yang dibawa sejak lahir. Hamper senada denagan aliran nativisme, maka aliran ini (naturalisme) berpendapat bahwa pada hakikatnya semua anak (manusia) sejak dilahirkan adalah baik. Bagaimana hasil perkembangannya kemudian sangat ditentukan oleh  pendidikan yang diterimanya atau yang mempengaruhinya. Seperti dikatakan tokoh aliran ini, yaitu J.J Rousseau sebagai berikut: “semua anak baik pada waktu baru datang dari tangan sang pencipta, tetapi semua menjadi rusak ditangan manusia”.  Oleh karena itu, sebagai pendidik Resseau mengajukan “pendidikan Alam”. Artinya, anak hendaklah dibiarkan tumbuh dan berkembang sendiri menurut alamnya; manusia atau masyarakat jangan banyak mencampurinya.


c.       Aliran Empirisme
Aliran Empirisme berpendapat berlawanan dengan kaum nativisme karena berpendapat bahwa dalam perkembangan anak berkembang jadi dewasa itu sama sekali ditentukan oleh lingkungannya atau oleh pendidikan dan pengalamannya yang diterima sejak kecil. Pendapat kaum Empiris ini dikenal dengan Optimisme Pedagogis.
Kaum behavioris pun sependapat dengan kaum Empiris itu. Sebagai contoh kami kemukakan disini kata-kata Waston, seorang behavioris tulen dari Amerika “beriah saya sejumlah anak baik keadaan badannya dan situasi yang saya butuhkan; dan dari setiap orang anak, entah yang mana, dapat saya jadikan dokter,seorang pedagang, seorang ahli hukum, atau meman dihendaki, menjadi seorang pengemis atau seorang pencuri.”
Contoh tersebut diatas perlulah kami beri komentar lagi, betapa ekstremnya pendapat tersebut. Dalam ilmu pengetahuan itu sudah tidak diakui lagi. Umumnya, orang sekarang mengakui adanya pengaruh dari keduanya; yaitu pengruh pembawaan dan lingkungan. Suatu pembawaan tidak dapat mencapai perkembangannya jikatidak dipengaruhi oleh lingkungan.
d.      Hukum Konvergensi
Huku ini berasal dari Ilmu jiwa bangsa Jerman, bernama William Stern. Ia berpendapat bahwa pembawaan dn lingkungan kedua-duanya menentukan perkembangan manusia. Dalam aliran yang menganut hukum Konvergensi itu masih terdapat dua aliran, yaitu aliran yang dalam hukum konvergensi ini lebih menekankan kepada pengaruh pembawaan daripada pengaruh lingkungan, dan dipihak lain mereka lebih menekankan pengaruh lingkungan atau pendidikan.
Proses perkembangan manusia tidak hanya ditentukan oleh faktor pembawaan yang telah ada pada orang itu dan faktor lingkungan yang memengauhi orang itu. Atifitas manusia itu sendiri dalam perkembangannya turut menentukan atau memainkan peranan juga. Hasil perkembangan seseorang tidak mungkin dapat dibaca dari pembawaan lingkungannya saja.
Sebagai kesimpulan dapat kita katakan bahwa jalam perkembangan manusia seikit banyaknya ditentukan pembwaan yang turun temurun, yang oleh aktivitas dan pemilihan penentuan manusia sendiri yang dilakukan dengan bebas dibawah pengruh faktor-faktor lingkungan tertentu, berkembang menjadi sifat-sifat.
e.       Tut Wuri Handayani
Konsep ini berasal dari Ki Haji Dewantara, seorang pakar pendidikan Indonesia, pendiri Perguruan Taman Siswa. Arti kata baik yang tersurat maupun yang tersirat. “Tut Wuri Handayani” berasal dari bahasa Jawa “tut wuri” berarti “mengikuti dari belakang”, dan “handayani” berarti “mendorong”,  memotivasi atau member semangat. Dari pengertian tersebut jelas bahwa aliran ini mengakui adanya pembawaan, bakat, ataupun potensi-potensi yang ada pada anak sejak dilahirkan. Dengan kta “tut wuri” yang berarti sipendidik diharapkan dapat melihat, menemukan, dan memahami bakat ataupun potensi-potensi apa yang timbul yang dan terlihat pada anak didik, untuk selanjutnya dapat dikembangkan dengan memberikan motivasi atau dorongan kearah pertumbuhan yang sewajarnya dari potensi-potensi tersebut.
Tut wuri handayani merupakanbagian dari konsep Kependidikan Ki Hajar Dewantara yang secara keseluruhan berbunyi sebagai berikut:
Ing ngarso sung tulodo
Ing madyo mangun karso
Tut wuri handayani.
Ing ngarso tulodo artinya jika pendidik sedang berada di “depan” maka hendklah memberikan contoh teladan yang baik terhadap anak didiknya. Ing ngarso=didepan; sung=asung=member; tulodo=contoh=teladan.
Ing madyo mangun karso berarti jika pendidik sedang berada “ditengah-tengah” anak didiknya, hendaklah ia dapat mendorong kemauan atau kehendak mereka, membangkitkan hasrat mereka untuk berinisitif dan bertindak. Ing madyo=ditengah; mangun=membangun, menimbulkan dorongan; karso=kehendaka atau kemauan. Ditambah dengan tut wuri handayani yang telah diurai kan terlebih dahulu, maka ketiga-tiga nya merupakan satu kesatuan yang utuh. Konsep Ki Hajar Dewantara kini ternyata tidak hanya berlaku bagi dunia pendidikan, tetapi lebih luas lagi dijadikan sembonyan untu dipedomani dalam melaksanakan kepemimpinan masyarakat dan negara, yang terkenal dengan sebutan kepemimpinan Pancasila.
2.      Keturunan dan Pembawaan
Yang dimaksud dengan lingkungan didalam pendidikan ialah setiap pengaruh yang terpancar dari orang-orang lain, bintang alam, kebudayaan, agama, adat istiadat, iklim dan sebagainya, terhadap diri manusia yang sedang berkembang.
a.      keturunan
Kitadapat menatakan bahwa sifat-sifat atau ciri-ciri terdapat pada seorang anak adalah keturunan, jika sifat-sifat atau cirri-ciri tersebut diwariskan atau diturunkan dengan melalui sel-sel kelamin dari generasi yang lain. Cirri-ciri terdapat pada seseorang itu keturunan atau bukan, terlebih dahulu kita harus ingat dua syarat:
ü  Persamaan sifat atau cirri-ciri, dan
ü  Cirri-ciri ini harus melalui sel-sel kelamin.
           
Keterangan
Garis-garis tgk menunjukan lingkungan, garis-garis alas menunjukan pembawaan-pembawaan. Tiap-tiap individu (A, B dan C) boleh jadi kita akan berbeda karena perbedaan pembawaan keturunan atau karena perbedaan keturunannya. Dari gambar tersebut dapat kita lihat, bahwa A dan B menerima pengarih lingkungan yang sama, tetapi karena pengaruh pembawaan-keturunan mereka tiak sama, maka keduanya jadi berbeda pula. Demikian pula B dan C, meskipun keduanya mempunyai pembawaan-keturunan yang sama (umpamanya), kelihatannya berbeda pula karena mereka menerima pengaruh lingkungan yang berlainan.
            Besarnya perbedaan (dalam gambar tersebut ialah luasnya segi tempat) antara dua individu atau lebih, selalu bergantung pada suatu faktor: pembawaan-keturunan dan pengarh lingkungan. Ada beberapa faktor yang menyulitkan terlaksanaya penyelidikan tersebut dengan baik antara lain adalah :
1)      Pada manusia tidak dapat dialaksanakan persiangan (kruissing) menurut rencana yang tertentu-umpamanya, persilangan antara dua ras yang sangat berlainan asalnya-seperti yang dapat dilakukan terhadp binatang ata tumbuh-tumbuhan
2)      Masa perkembangan mausia yang begitu lama mengakibatkan sifat-sifat yang terjadi karena keturunan dapat tersembunyi sangat lamanya, sebelum sifat-sifat itu menampakan diri pada suatu individu tertentu
3)      Masa hidup suatu generasi juga demikian lama sehingga penyelidik tidak mungkin mengadakan pengamatan terhadap lebih dari satuketurunan.
4)      Adanya jumlah anak manusia yang relative (menurut perbandingan) hanya sedikit sekali.
b.      Pembawaan
1)      Pengertian
“pembawaan ialah seluruh kemungkinan atau kesanggupan (potensi) yang terdapat suatu individu dan yang selama masa perkembangan benar-benarapat diwujudkan (direalisasikan)
Kesanggupan-kesanggupan (potensi ability) itu sendiri, sebenarnya sudah ada pada pembawaan, tidak dapat kita amat-amati. Haya dengan memperhatikan prestsi-prestasi (actual abilitity), bentuk-bentuk wataknya, dan ingkah laku suatu individu sajalah kita data mengambl kesimpuln tentang suatu pemebawaan tertentu yang ada pada individu itu.
2)      Struktur Pembwaan
Adapun yang menyebakan berkembangnya sifat-sifat pembawaannya itu sehingga menjadi wujud (actual ability), atau tetap tinggal terpendamnya suatu sifat pembawaan (potential ability), ialah faktor-faktor dari luar (umpanya karena tidak mendapat kesempatan, latihan atau pengajaran, yang cukup) maupun faktor-faktor dari dalam (umpamanya konstitusi tubuh) yang demikia rupa sehingga tidak memungkinkan berkembangnya sikap-sikap berkembangnya sifat-sifat pembawaan itu.
3)      Pembawaan danketurunan
            Dimuka telah dikatakan bahwa pembawaan adalah seluruh kemungkinan yang terkandung dalam sel benih yang akan berkembang mencapai perwujudannya.
Dengan singka dapatlah kita katakana “semua yang dibawa oleh anak sejak dilahirkan adalah diterima karena kelahirannya, jadi memang adalah pembawaan. Tetapi, pembawaan itu tidaklah semuanya diperoleh karena keturunan. Sdebaliknya, semua yag diperoleh karena keturunan dapat dikatakan pembawaan, atau lebi tepatnlagi pembawaan-keturunan.”
4)      Pembawaan dan bakant
            Sebenarnya, kedua istilah itu-pembawaan dan bakat-adalah dua istilah yang sama maksudnya. Kedua istilah itu digunakan sejajar, sama-sama dipakai untuk sat pengertian, yaitu pembawaan (aanleg).
            Titik berat perbedaan terletak pada luas pengertian, yang satu mengandung pengertian yang lebih luas diantatra yang lain.
Dengan contoh berikut aaknya menjadi lebih jelas:
·         Sia A berpembawaan musik; dapat juga dikatakan; si A berbakat music.
·         Si X berpembawaan ilmu pasti; dapat juga dikatakan; si X berbakat ilmu pasti
Akan tetapi:
·         Si B berpembawaan rambut kal; janggal jika dikatkan :si B berbakat rambut ikal.
·         Si Y berpembawaan badan tinggi; janggal jika dakatakan si Y berbakat badan tinggi.
            Dari contoh tersebut dapatlah kita dapatkan bahwa kata “bakat’ dalam hal ini lebih dekat pengertianya dengan kata aptitude yang berarti “kecakapan pembawaan, yaitu yang mengenai kesanggupan-kesanggupan  (potensi-potensi) tertentu.
            Sedangkan kata “pembawaan” mengandung arti yang lebih luas, yaitu semua sifat, cirri, dan kesanggupan yang dibawa sejak lahi; jadi termasuk juga pembawaan keturunan”.
3.      Beberapa Macam Pembawaan dan Pengaruh Keturunan
a)      Perlu kirnya disini kami singgung sedikit beberapa “macam” pembawaan berikut.
v  Pembawaan jenis
v  Pembawaan ras
v  Pembawaan jenis kelamin
v  Pembawaan perseorangan
b)      Beberapa pembawaan tersebut diatas yang paling banyak ditentukan oleh keturuna ialah pembawaan ras, pembawaan jenis, dan pembawaan kelamin. Adapun yang termasuk pembawaan perseorangan yang dalam pertumbuhannya lebih ditentukan oleh pembawaan keturunan antara lain iala:
v  Konstitusi tubuh
v  Cara bekerjanya alat-alat indera
v  Sifat-sifta ingatan dan kesanggupan belajar
v  Tipe perhatian, intelejensi kosien (IQ)
v  Cara-cara berlangsungnya emosi yang khas
v  Tepo dan ritme perkembangan
4.      Lingkungan (Environment)
a.      Pengertian dan macam Lingkungan
Sartain (seorang ahli psikologi Amerika) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan lingkungan (Environment) meliputi semua kondisi dalam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life process kidita kecuali gen-gen. bahkan, gen-gen dapat pula dipandang sebagai menyiapkan lingkungan (to provide environtment) bagi gen yang lain.
            Sartain membagi lingkungan itu menjadi tiga bagian sebagai berikut:
Ø  Lingkungan alam atau luar (exstenal or physical environtment)
Ø  Lingkungan dalam (internal environtment)
Ø  Lingkungan social (social environtment)
            Lingkungan alam atau luar ialah segala sesuatu yang ada dalam dunia ini yang bukan manusia, seperti rumah tumbuh-tumbuhan, iklm, air, dan hewan.
            Lingkungan dalam ialah segala Sesutu yang telah termasuk kedalam diri kit, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik kita.
            Seadangkan yang dimaksud dengan lingkungan social ialah semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi kita.
            Demikian jika kita hubugkan kembali antara pembawaan atau keturunan (heredity) dan lingkungan (environtment) dalam hal pengaruh terhadap pertumbuhan manusia, dapatlakita katakana sebagi berikut. Sifat-sifat dan watak kita adalah hasil interaksi antara pembawaan-keturunan dan lingkungan kita. Dalam hal ini, pengertian kita harus kita tekankan kepada kata interaksi.



b.      Bagaimana individu berhubungan dengan lingkungan
            Allport merumuskan kepribadian manusia itu sebagai berikut. “kepribadian adalah organism dinamis dari system siskofisik dalam individu yang turut menentukan cara-cara yang unik (khas) dalam penyesuaian dirinya dengan lngkungan”.
Menurut Wodworth, cara-cara individu itu berhubungan dengan lingkungannya dapat dibedakan menjadi empa macam:
1)      Inividu bertentangan dengan lingkungannya
2)      Individu menggunakan lingkunganny
3)      Individu berpartisipasi dengan lingkungannya, dan
4)      Individu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Dalam arti yang luas menyesuaikan diri itu berarti:
1)      Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungann (penyesuaian diri autoplastis). Contoh : seorang mahasiswa yang belajar dinegri asing, Inggris umpamanya, ia menyesuaikan diri dengan lngkungan alam dan sosial disana.
2)      Mengubah lingkungan, sesuai dengan kehendak atau keinginandiri pribadi (penyesuaian diri alloplastis). Misalnya, orang-orang tasmigrasi dari Jawa tengah kesumatra atau Kalimantan; meskipun tata cara dan kehidupan masyarakat yang didatangi berbeda; namun setibanya mereka ditemapat yang baru itu karena membuat dan mengtu rumahnya serta mengerjakan sawah, ladangnya, menurut apa yang biasa mereka lakukan ditempat asalnya.




BAHAN UJIAN AKHIR (BAB 8-14)
1.      Pendidikan dalam lingkungan keluarga
A.    Keluarga zaman Dahulu dan Keluarga Sekarang
Pada zaman dahulu umumnya orang hidup dalam satu rumah yang besar. Didalam rumah yang besar itu hiduplah beberapa keluarga menjadi satu. Kesatuankeluarga yang besar itu lazim disebut family.
B.     Pentingnya Pendidikan dalam Lingkungan Keluarga
Comenius (1592-1670), seorang seorang didaktik yang terbesar, dalam buku Didakta Magna, disamping mengemukakan asas-asas didaktiknya yang masih sekarang masih dipertahankan kebenaranya, juga menekankan betapa pentingnya pendidikan keluarga itu bagi anak-anak yang sedang berkembang.
J.J Rousseau (1712-1778), sebagai seorang pelopor ijwa anak, mengutarakan pula betapa pentingnya pendidikan keluarga itu. Ia menganjurkan pendidikan anak-anak disesuaikan dengan tiap-tiap Emile, dijelaskannya pendidikan-pendidikan manakah yang perlu diberikan kepada anak-anak mengingat masa-masa perkembangan anak itu.
C.G. Salzmann (1744-1811), seorang penganut aliran philantropinum, juga telah mengkritik dan mengecam pendidikan yang telah dilakukan oleh para orang tua waktu itu. Dalam karangannya, Krebsbuchlien (Buku Udang Karang). Salzmann mengatakan bahwa setiap kesalahan anak itu adalah akibat dari perbuatan sipendidik, terutama orang tua.
Pestalozzi (1746-1827), seorang ahli pendidikan sosial yang kenamaan, telah mengabdikan tanaga, pikiran, dan hidupnya untuk kepentingan anak-anaknya. Diberbagai negrinya (antara lain di Neuohof, di Stanz, dan Burgdorf) ia mendirikan tempat-tempat pendidikan yang diperuntukan anak-anak yatim piatu dan anak miskin lainnya, yang kebanyakan dari anak-anak tersbut tidak mendapat pendidikan dari orang tuanya. Dalam tempat-tempat pendidikan itu ia bekerja sebagai Ayah dan Ibu, dan guru bagi anak-anak, yang dididiknya secara klasikal itu.

C.    Kedudukan Orang Dewasa dalam Keluarga
a)   Pendidikan orang tua terhadap anak-anaknya adalah pendidikan yang didasarkan pada rasa kasih saying terhadp anak-anak, dan yang diterima dari kodrat. Orang tua adalah pendidik sejati, pendidik karena kodratnya. Oleh karena itu, kasih sanyang terhadapa anak-anak hendaklah kasih sanyang yang sejati pula. Yang berarti pendidik atau orang tua mengtamakan kepentingan dan kebutuhan anak-anak, dengan mengsampingkan kesenangan sendiri.
b)   Lebih berbahaya lagi pertumbuhan jiwa anak-anak jika kasih sanyang itu sertai kekhawatran orang tua, banyak orang tua yang khawatir kalau-kalau anak-anaknya akan terpengaruh oleh lingkungan sekeliling. Yang penuh kesukaran-kesukaran dan bahaya-bahaya serta hal-hal yang kotor-kotor.
c)   Harapan dan tuntutan dari orang tua: ada pula kasih sayan orang tua yang salah , yaitu mengharapkan kesenagan dan kepuasan bagi dirinya dari anak-anaknya.
D.    Peranan Anggota Keluarga terhadap Pendidika Anak-Anak
a)      Peran ibu
Pada kebanyakan keluarga, ibulah yang memegang peranan yang terpenting terhadap anak-anaknya. Sejak anak itu dilahirkan, ibulah yang selalu disampingnya. Ibulah yang member makan dan minum, memelihara dan selalu bercampur gaul dengan anak-anak. Itulah sebabnya anak lebih cinta kepada Ibunya dari pada kepada anggota keluarga lainnya.
Pendidikan seorang ibu terhadap anak-anaknya merupakan pendidikan yang paling dasar yang tidak dapat diabaikan sama sekali. Maka dari itu, seorang ibu hendaklah seorang yang bijaksana dan pandai mendidik anak-anaknya sebaian orang mengatakan kaum ibu adalah pendidik bangsa.
Sesuai dengan fungsi dan tanggung jawabya sebagai anggota keluarga, dapat disimpulkan bahwa peranan ibu dalam pendidikan anak-anaknya adalah sebagai berikut:
·         Sumber dan pemberi rasa kasih saying
·         Pengasuh dan pemelihara
·         Tempat mencurahakan isi hati
·         Pengatur kehidupan dalam rumah tangga
·         Pembimbing hubungan pribadi
·         Pendidik dalam segi-segi nasional
b)     Peranan ayah
Peranan ayah dalam pendidikan anak-anaknya yang lebih dominan adalah sebagai:
·         Sumber kekuasaan dalam keluarga
·         Penghubung intern keluarga dengan masyarakat atau dunia luar
·         Pemberi rasa aman bagi seluruh anggota keluarga
·         Pelindung terhadap ancaman dari luar
·         Haki atau yang mengadili jika terjadi perselisihan
·         Pendidik dalam segi-segi rasional.
c)   Peranan Nenek
umumnya, nenek itu merupakan sumber kasih sanyang yang mencurahkan kasih sanyangnya yang berlebih-lebihan terhadap cucu-cucunya. Mereka tidak mengharapkan sesuatu dari cucu-cucunya itu, mereka semata-mata member belaka. Maka, dari itu mereka memanja-manjakan cucu-cucunya dengan sangat berlebih-lebihan.

d)   Peranan Pembantu Rumah Tangga (Pramuwisma)
Tugas pembantu rumah tangga atau pramuwisma disamping mengerjakan pekerjaan rumah tangga, ada pula pramuwisma yang diberi tugas khusus untuk mengasuh dan memlihara anak-anak yang masih kecil (babysitter) kerna kedua orang tuanya sibuk mencari nafkah diuar rumah.
Peranan pramuwisma sebagai pembantu rumah tangga  seoginya hanyalah sebagai “pembantu” pula dalam mengasuh dan mendidik anak-anak dalam keluarga. Sedangkan yang berpran menentukan pendidikan anak-anak adalah orang tua, yaitu ayah dan ibu.
E. Pengaruh Lingkungan Keuarga terhadap Pendidikan Anak-Anak
Mengingat akibat buruknya tersebut, dan tidak sesuai lagi dengan alam kemerdekaan kita sekarang ini, maka perlu kiranya disini diberikan bebrapa petunjuk untuk memberantas, atau sekurang-kurangnya mengurangi, perasaan harga-diri-kurang:
a)      Janganlah sering melemahkan semangat anak dalam usahanya hendak berdiri sendiri.
b)      Janganlah memalukan atau mengejek anak-anak dimuka orang lain.
c)      Jangan terlalu membeda-bedakan dan terlalu “pilih kasih”
d)      Jangan memanjakan anak.
            F. Petunjuk-Petunjuk Penting bagi Pendidikan dalam Lingkungan Keluarga
            Adapun beberapa petunjuk yang penting dan perlu diperhatikan oleh para pendidik ialah :
a)      Usahakan suasana yang baik dalam lingkungan keluarga.
b)      Tiap-tiap anggota keluarga hendaklah belajar berpegang pada hak dan tugas kewajiban masing-masing.
c)      Orang tua serta orang dewasa lainnya dalam keluarga itu hendaklah mengetahui tabiat dan watak anak-anak.
d)      Hindarkan segala sesuatu yang dapat merusak pertumbuhan jiwa anak-anak.
e)      Barkanlah anak-anak bergaul dengan teman-temannya diluar lingkungan keluarga.
2.      Beberapa Kesukaran dalam Pendidikan
A.    Keras Hati dan Keras Kepala
Dengan singkat dapatlah kita katakana dengan singkat keras hati adalah “bantahan terhadap suruhan orang lain karena ia ada tujuan dan maksud sendiri yang berlainan dengan apa yang disuruh kepadanya. Sedangkan keras kepala ialah bantahan terhadap suruhan orang lain, tetapi ia tidak memiliki alasan lain yang bertujuan.
a.      Keras Hati
Seabab sebab anak menjadi keras hati, diantaranya:
1)      Karena pembawaan anak
2)      Karena keadaan badan yang terganggu
3)      Karena perkembangan rohani anak
4)      Karena kesalahan-kesalahan dalam pendidikan
            Usaha pendidik untuk mengatasi keras hati, diantaranya dapat ditempuh dengan cara sebagai berikut:
1)      Mempermudah anak-anak berlaku patuh dengan jalan membiasakan anak-anak hidup secara teratur tertib.
2)      Perintah dan larangan hendaklah diberikan dengan lemah lembut dan dapat membesarkan hati mereka, jangan sekali-kali dengan keras dan kasar.
3)      Hendaklah pendidik senantiasa ingat akan keadaan jasmani dan atau rohani anak pada waktu itu.
4)      Janganlah memanjakan anak. Bertindaklah yang tegas, yang keonsekuen agar anak-anak tahu apa yang harus menjadi pegangannya.
5)      Dalam menghadapi anak yang keras hati itu kita harus bertindak tenang dan tegas, jangan kehilangan ketenangan atau tegonyang keseimbngan bain kita; jadi kita harus tetap sabar.
6)      Pada anak-anak kecil kadang-kadang kecil berhasil juga dengan membelokan perhatiannya kearah yang lain.
7)      Sering dengan usaha “tidak begitu mengacuhkan” dapat berhasil juga. Dan bagaimanapun juga, makin sedikit orang lain tahu sifat anak itu, makin baik.
8)      Dengan memberkan hukuman kepada anak yang demikian itu, umumnya tidak ada hasil dan tidak ada buahnya. Bagi anak-anak yang sudah besar dapat juga dengan  memberikan sedikit kata-kata nasihat yang singkat.
b.      Keras Kepala
Apa saja yang dapat menimbulkan keras kepala itu.
1)      Karena terlalu dimanjakan
2)      Dapat juga keras kepala itu disebabkan karena iri hati terhadap adiknya yang baru lahir.
3)      Ada kala keras kepala itu disebabkan tindakan pendidik sendiri. Umpamanya, karena anak itu banyak dicela atau ditetrtawakan, diejek ataupun dihina.
4)      Tindakan yang keras dan kasar atau tidak menaruh rasa kasih saying
5)      Perasaan takut dan perasaan harga-diri-kurang.
6)      Adakala keras kepala itu timbul bila anak tidak dapat memcahkan soal yang sulit-sulit dalam pelajar disekolah atau dalam perminannya.
7)      Akhhirnya, adapula keras kepala yang semu (pura-pura) saja, bukan keras kepala yang sebenarnya.
c.       Bagaimana mengilangkan sifat keras kepala itu? Usaha utama dalam sipendidik ialah mengetahui sebab-sebabnya dengan teliti agar selanjutnya dapat bertindak dengan tepat dan bijaksana umpamanya:
1)      Jangan terlalu memanjakan anak atau terlalu banyak memberikan pertolongan. Didiklah anak kearah yang dapat berdiri sendiri dengan kemampuan sendiri.
2)      Kalau keras kepala itu karena putus asa, genbirakan hati anak itu, jangan dicela atau dihina, tetapi berikanlah kepercayaan terhadp dirinya, besarkanlah hatinya.
3)      Pendidik hendaknya ingat tabiat anak-anak dan keadaan waktu itu,lahir maupun batinnya. Mungkin anak itu sedang tidak sehat badannya atau sedang mengalami ruwet dalam jiwanya.
4)      Janganlah member tugas yang terlalu sukar sehingga tidak dapat terpecahkan oleh anak. Tetapi, jangan terlalu mudah sehingga anak itu bosan atau segan mengerjakannya.
5)      Pada anak yang masih kecil, usaha kita pula berhasil dengan membelokan perhatian itu kearah yang lain, apalagi tanda-tanda keras kepala itu baru tampak.
B.     Anak yang Manja
a.      Apa yang dimaksud dengan memanjakan?
Kita dapat memanjakan anak dengan bermacam-macam cara:
v  Meliputi sianak dengan srinu satu macam pemeliharaan dan menyingkirkan segala kesulitan baginya.
v  Memenuhi segala keinginan sianak. Apa saja yang menjadi kehendak dan keinginan siana- biarpun akan merugikan atau mengganggu kesehatan pertumbuhannya-dituruti saja.
v  Membiarkan dan membolehkan sianak berbuat sekehendak hatinya; jadi tidak membiasaka dia akan ketertiban,kepatuhan, peraturan, dan kebiasaa-kebiasaan balik lainnya.


b.      Anak manakah yang biasanya di manjakan?
Pada umumnya kita sependapat bahwa kebanyakan anak yang dimanjakan ialah:
·         Anak tunggal
·         Anak sulung adiknya belum lahir
·         Anak bungsu
·         Anak yang termanis atau terpandai diantara saudara-saudaranya
·         Anak yang sering sakit
·         Anak yang cacat
·         Seorang anak laki-laki yang saudaranya perempuan semua
·         Seorang anak perempuan yang saudaranya laki-laki semua
·         Anak yang diasuh oleh neneknya
·         Anak angkat
c.       Apakah yang memungkinkan orang tua atau pengasuh-pengasuh lain memanjakan anaknya?
1)      Karena ketakutan yang berlebih-lebihan akan bahaya yang mengancam sianak
2)      Keinginan yang tidak disadari untuk selalu menolong dan memudahkan kehidupan sianak
3)      Karena orang tua sendiri takut akan kesukaran, segan bersusah-susah, ingin mudah dan enak saja
4)      Karena kebodohan orang tua.


d.      Bagaimana akibat anak yang dimanjakan?
1)      Anak akan memilki sifat mementingkan diri sendiri.
2)      Kurang mempunyai rasa tanggung jawab.
3)      Memanjakan juga dapat mengakibatkan anak mempunyai persaanharga-diri-kurang.
4)      Disekolah, anak manja itu selalu berusaha menarik perhatian guru atau teman-temannya.
5)      Karena tidak tidak ada kemauan inisiatif; disekolah anak yang manja itu biasanya bersifat pemalas.
e.       Bagaimana usaha pendidik untuk menolong anak itu?
1)      Janganlah mengindahkan anak yang manja itu lebih dari pada anak-anak lain.
2)      Didiklah mereka keara percanya kepada kemampuan sendiri.
3)      Besrkan hatinya terhadap hasil-hasil usahanya yang telah dikerjakannya sendiri, kalau perlu pujilah mereka.
4)      Kembangkan perasaan sosial itu. Biasakan mereka bekerja sama, bantu membant, dengan teman-temanny.
5)      Yang penting pula ialah menginsafkan orang tua bahwa perbuatan mereka memanjakan anak itu adalah keliru dan harus diubahnya.
C.    Perasaan Takut Kepada Anak
a.      Pendahuluan
Perasaan takut adalah sejenis aluri (insting). Perasaan takt terdapat pada semua orang; baik orang tua maupun orang muda, dewasa, maupun anak-anak, kaya ataupun miskin, semua mempunyai perasaan takut itu.
            Dari penyelidikan ilmu jiwa anak, pada banyi dari bayi telah terdapat perasaan takut”
1)      Takut akan jatuh (kehilangan akankeseimbanganbadannya) yang bisa disebut juga instingtif
2)      Takut kepada bunyi yang keras; seperti bunyi pintu yang ditutup dengan kerasnya,
b.      Apakah yang menimbulkan rasa takut pada anak?
1)      Suatu yang aneh-aneh, yang selama ini belum pernah dikenalnya.
2)      Sesuatu yang telah dikenalnya, bercampur dengan hal yang masih asing sekali dan tak masuk akal mereka.
3)      Jika mereka terpisah dengan orang yang disanyangi atau yang sikenalnya. Anak akan menangis jika ditinggal sendirian.
4)      Karena ditimbulkan oleh pengaruh orang dewasa atau anak-anak yang sudak agak besar.
5)      Kesulitan-kesulitan yang dialami oleh anak itu dalam kehidupan sehari-hari
Sebab-sebab yang dapat timbul perasaan takut pada anak-anak dapat kita katakana sebagai berikut:
·         Tidak tahu yang sebenarnya terjadi disekitarnya
·         Kesukaran-kesukaran dalam kehidupan, yang menghilangkan kepercanyaan diri sendiri
·         Berpisah dengan orang yang dicintai atau dikenal
·         Pengaruh-pengaruh salah dari orang-orang lain yang dilakukan dengan sadar atau tidak sadar.
c.       Bagaimana mengatasi rasa takut pada anak?
Dibawah ini yang perlu diperhatikan. Terlebih dahulu kita haruslah mengetahui sebab-sebabnya, kemudian baulah kita berusaha memberantasnya, contohny:
1)      Kenalkan anak itu kepada hal-hal yang ditakutinya.
2)      Bangkitkan percanya kepada diri sendiri pada anak itu.
3)      Uasahakan agar hubungan pendidik (apa lagi guru) dan anak didik yang selalu erat.
4)      Pendidik hendaklah bersikap tenang.
5)      Akhirnya, janganlah kita menakut-nakuti anak-anak dengan berbgai cerita atau kata-kata tentang hentu dan semacamnya.
D.    Dusta Anak
a.      Macam-macam dusta pada anak
1)      Dusta semu
a)      Sesuatu perbuatan dapat kita katakana dusta yang sebenarnya jika yang melakukan itu:
·         Menginsafi benar-benar bahwa ia berdusta
·         Mempunyai tujuan untuk menipu orang lain, dan
·         Dengan dustanya itu ia mengharapkan mencapai suatu maksud
b)      Yang menyebabkan anak-anak kecil itu sering melakukan dusta semu,antara lain:
·         Pengamatan yang belum sempurna
·         Karena daya ingatan anak belum sempurna
·         Karena fantasinya yang sangat kuat


c)      Sikap orang tua atau guru terhadap dusta:
·         Tunjukan kepada anak itu bahwa ia khilaf atau ia hanya berangan-angan saja
·         Bagi guru penting sekali memimpin anak-anak agar dalam pelajaran mereka dibiasakan mengamat-amati sendiri dengan seksama, dengan teratur, dan objektif
·         Pendidik (orang tua) tidak boleh mengatakan “Aah,,,, bohong kamu! Saya tidak percanya kepadamu!” kepada anak yang dusta semu. Sebab, dengan kata-kata tersebut anak akan menjadi kurang kepercanyaan kepada pendidiknya sehingga akirnya pada jiwa anak itu akan teranam suatu pendapat sebagai berikut. “biarpun saya berkata benar juga, Ayah akan mengatakan bahwa saya bohong; jadi….. lebih baik saya katakana yang lain”. Demikian jadinya; bukan kejujuran anak seperti yang kita harapkan yang tercapai, melainkan sebaliknya.
2)      Dusta sebenarnya
a)      Dusta sebenarnya jika perbuatannya itu dialakukan dengan sadar dan sengaja. Yang melakukan menginsafi bahwa perbuatannya tidak itu sengaja atau terpaksa dilakukan untuk menipu orang lain karena ada suatu maksud yang hendak dicapainya untuk kepentingan diri sendiri.
b)      Beberapa macam dusta sebenarnya dan sebab-sebabnya.
                                                                                i.            Dusta karena takut
                                                                              ii.            Dusta sosial atau dusta altruitis
                                                                            iii.            Dusta untuk kepentingtan sendiri atau dusta egoistis
                                                                             iv.            Dusta konpensasi
c)      Bagaimana usaha pendidik untuk memberantas dusta itu?
1)      Sipendidik harus memberi contoh yang baik bagi anak-anak didiknya.
2)      Antara pendidik hendaklah ada suasana saling mempercanyai.
3)      Sehubungan dengan ub (2) diatas, pendidik tidak boleh bertindak terlalu keras terhadap didiknya.
4)      Sipendidik hendaklah selalu berihktiar untuk menambah dan memperkokoh keberanian anak dalam menghadapi rintangan-rintangan dan kesulitan-kesulitan dalam kehidupannya.
5)      Yang terakhir ialah pendidik hendaklah menginsafkan anak-anak bahwa dusta itu adalah perbuatan yang tidak baik tidak susila, dan dilarang oleh agama dan masyarakat.
Beberapa Kesukaran dalam Pendidikan (Lanjutan)
E.     Agresi dan Frustasi
a.      Agresi
1)      Apakah agresi itu?
Agresi (agression) berarti penyerangan, serangan, yakni suatu keinginan menyerang orang lain yang menghalangi tercapainya suatu tujuan. Atau lebih jelas lagi, agresi adalah segala perbuatan yang dimaksudkan sebagai serangan terhadap orang lain dan juga bersifat permusuhan.
Reaksi-reaksi agrefsi yang dialkuakan seperti dalam contoh-contoh diatas adalah reaksi yang ditujukan langsung kepada orang yang bersangkutan, yakni orang yang menghalangi tercapainya tujuan atau kepuasan sipenyerang. Agresi itu disebut agresi langsung.
2)      Apakah yang menyebabkan agresi?
Sebab-sebab yang lain yang dapat menimbulkan agresi dapat juga kita disebut disini iaiah iri hati, kebebasan ini sangat dibatasi, perintah dari seseorang yang menjengkelkan, tersinggung perasaan dankehormatannya, dihina orang lain, dan sebagainya.
b.      Frustasi
1)      Apakah Frustasi itu?
Jika hasrat dalam batin kita tak dapat diberi kepuasan, tidak dapat terpenuhi karena suatu rintangan, maka hal itu kita namakan frustasi. Jadi, frustasi yang sebenarnya ialah keadaan batin seseorang, ketidak seimbangan dalam jiwa, suatu perasaa tidak puas karena hasrat atau dorongan yang tidak dapat terpenuhi (frustration=kekecewaan).
Demikianlah pula, kita dapat mengatakan bahwa agresi itu timbul karena adanya frustasi. Tetpi, tidak semua frustasi menimbulkan agresi pada seseorang.
2)   rintangan-ritangan manakah yang menimbulkan frustasi?
Wood wort dalam bukunya psychology mengemukakan bahwa rintangan-rintangan  yang dapat menimbulkan frustasi itu dapat menjadi empat golongan besar.
a)      Rintangan-rintangan yang bukan manusia
b)      Rintangan-rintangan yangmenyebabkan orang lain
c)      Pertentangan antara motif-motif yang terapat pada orang itu.
d)      Pertentangan antara motif positif danmotif negative yang terdapat pada orang lain itu.
e)      Reaksi-reaksi yang mungkin timbul karena adanya frustasi.
v  Agresi
v  Mengundurkan diri
v  Regresi
v  Fiksasi
v  Represi
v  Gangguan psikosomatis
v  Rasionalisasi
v  Sublimasi
v  Kompensasi
c.       Pendidikan dan Frustasi
            Supanya lebih jelas betapa penting soal frustasi itu bagi pendidikan anak, juga supanya pembicaraan kita agak sistimatis, berturut-turut akan akami uraikan secara singkat:
a)      Masyarakat dan frustasi
Dalam pelajaran psikologi soasial dikaakan bahwa manusia menurut pembawaanya adalah makhluk sosial. Kita mengetahui juaga bahwa tidak ada seoarang pun yang dapat dan ingin hidup sendiri, hidup diluar suat msyarakat. Manusia terpaksa menempatkan diri dalam masyarakat.
b)      Sekolah frustasi
1)      Anak harus berkembang menjadi anggota masyarakat.  Maka dariitu anak dari kecil harus diiasakan “menyesuaikan diri” dalam masyarakat.
2)      Menyesuaikan diri itu tentu bukan soal yang mudah sebab menyesuaikan diri itu berarti berani menghadapi bermacam-macam situasi yang penuh dengan frutasi dan keteganagan
3)      Sekolah berkewajiban membentu anak dalam hal menyesuaikan diri dalam kehidupan masyarakat. Dalam hal ini sekolah merupakan jembatn antara lingkungan keluarga dan masyarakat.
4)      Dalam menjalankan tugasnya, sekolah hendaklah mengingat dan berpedoman kepada kehidupan anak itu sebelum masuk sekolah, dan mengingat pula tuntutan-tuntutan masyarakat yang harus sudah muali dijalankan oleh anak itu disekolah.
c)      Sikap pendidik
Sikap pendidik yang baik:
1)      Pendidik tidak boleh bersikap terlalu keras terhadap anak didiknya.
2)      Sebaliknya, sikap yang terlalu lunak dan lemah dari sipendidik tidak dapat dibenarkan pula.
3)      Siakap yang baik bagi pendidik ialah yang tenang,tegas, dan konsekuen.

3.      Pendidikan Dalam Lingkungan Sekolah
A.    Macam-Macam Lingkungan Pendidikan
Macam-macam lingkungan (tempat) pendidikan itu ialah:
a.       Lingkungan keluarga
b.      Lingkungan sekolah
c.       Lingkungan kampung
d.      Lingkungan perkumpulan pemuda
e.       Lingkungan negara, dan sebagainya.
Kelima macam lingkungan tersebut baiklah kita golongkan saja menjadi tiga golongan besar, yaitu:
a.       Lingkungan keluarga, yang disebut juga lingkungan pertama
b.      Limgkungan sekolah, yang disebut juga lingkungan kedua
c.       Lingkungan masyarakat, yang disebut juga lingkungan keiga
B.     Perbedaan Lingkungan Keluarga dab Lingkungan Sekolah
a.      Perbadaan pertama ialah rumah atau ligkungan keluarga, yakni lingkungan pendidikann yang sewajarnya.
Perasaan keawajiban yang ada pada orang tua untuk mendidik anak-anaknya timbul dengan seindirinya, secara alami tidak tanpa dipaksa atau disuruh oleh orang lain. Demikian pula perasaan kasih sanyang orang terhadap anak-anaknya adalah kasih sanyang sejati, yang timbul secara sepontan dan tidak dibuat-buat. Sedangkan sekolah adalah buatan manusia.
b.      Perbedaan kedua adalah perbedaan suasana
Kehidupan dan pergaulan disekolah sifatnya lebih zakelijk dan lebih lugas. Disekolah harus ada ketertiban dan peraturan-peraturan tertentu yang harus dijalankan oleh tiap-tiap muid dan guru.
c.       Perbedaan ketiga adala perbedaan pergaulan
Sebenarnya tugas orang tua atau keluarga dan sekolah hampir bersamaan; keduanya melaksanakan pendidikan dengan keseluruhan dari anak. Perbedaannya adalah yang sau lebih menitik beratkan kepada salah satu segi pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya masing-masing.
C.    Kerja Sama Antara Keluarga dan Sekolah
a.      Mengapa kerja sama antar keluarga dan sekolah itu penting bagi pendidikan.
Dengan adanya kerja sama itu, orang tua akan dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman dari guru dalam mendidik anak-anaknya. Sebaliknya, para guru dapat pula memperoleh keterangan-keterangan dari orang tua tentang kehidupan dan sifat-sifat anaknya.
Demikian pula orang dapat mengetahui kesulitan-kesulitan manakah yang sering dihadapi anak-anaknya disekolah.
b.      Bagaimanakah cara untuk mempererat hubungan dan kerja sama antara sekolah dan keluarga
1)      Mengadaka pertemuan orang tua pada hari penerimaan murid baru.
2)      Mengadakan surat menyurat antara sekolah dan keluarga.
3)      Adanya daftar nilai dan rapor yang setiap catur wulan atau semesterdibagikan kepada murid-murid pun dapat dipakai sebagai penghubung antara sekolah dan orang tua muid.
4)      Kunjungan guru kepada orang tua murid, atau sebaliknya kunjunga orang tua murid kesekolah.
5)      Mengadakan perayaan, pesta sekolah atau pameran-pameran hasil karya murid-murid.
6)      Yang terpenting ialah; mengadakan perkumpulan orang tua murid dengan para guru (POMG)
D.    Taman Kanak-Kanak sebai Jembatan antar keluarga dan Sekolah
a.      Pelopor/pediri taman kanak-kanak
Rousseau (1712-1778) mengemukakan pendapat tentang pendidikan anak-anak dalam bukunya, Emile, orang mulai mengenal bahwa anak itu sebenarnya berlainan denga orang dewasa, dan harus dilakukan secara berlainan pula.
Salah seorang pelopor perbaikan dan pelaksanaan dalam cinta dan kasih saying terhadap anak-anak itu F.W.A. Frobel. Frobel seorang ahli didik bangsa Jerman yang disebut juga sebagai Bapak Taman Kanak-Kanak, dilahirkan di Oberweiszbach pada tanggal 21 April 1782 dan meninggal pada dunia pada 21 Juni 1852 di Liebenstien. Anjuran yang tekenal diseolahnya adalah dalam medidik anak-anak,yaitu Friede, Freude, dan Freiheit (damai, gembira dan merdeka), sesuai sekali dengan kebutuhan perkembangan anak.
Nursery school
Sesungguhnya Nursery school itu tidak tepat kalau disamakan dengan sekolah biasa.lebih tepat kiranya kalau dinamakan “tempat mengasuh kanak-kanak”. (child-care centers). Sebab, dalam nursery school itu anak-anak tidak disiapkan untuk menerima pelajaran-pelajaran atau keterampilan (skill), seperti halnya di SD biasa.
b.      Mamfaat Taman Kanak-Kanak
1)      Member pendidikan yang lengkap kepada anak-anak (±3-6 tahun) sebagai pengembangannya yang wajar.
2)      Member pertolongan dan bimbingan kepada para ibu dalam mendidik anak-anaknya.
3)      Mendidik dan menyiapkan para calon ibu dala teori dan praktik untuk menjadi pemimpin kindergarten dan untuk tugasnya sebagi ibu dikemudian hari.
c.       Matang untuk sekolah
1)      Matang untuk sekolah
Ø  Anak mempunyai sedikit kesadaran akan kewajiban dan pekejaan.
Ø  Minat anak sudah tertuju kedunia luar
Ø  Perasaan inteleknya sudah berkembang
Ø  Perasaan sosialnya juga sudah berkembang
Ø  Juga yang tidak boleh dilupakan ialah pertumbuhan badan dan kesehatan anak telah cukup dan sanggup untuk menjalani tugas-tugas bersekolah.
2)      Matang untuk belajar
Ø  Fungsi-fungsi jiwa anak yang sangat diperlukan untuk menerima pelajaran-pelajaran dikelas 1 SD henaklah sudah berkembang secukupnya.
Ø  Anak hendaklah telah cukup pengalaman-pengalamandari dunia seitarnya, yang perlu dipergunakan sebagai dasar untuk menerima pelajaran permulaan.

4.      Guru Sebagai Pendidik
A.    Syarat-syarat Menjadi Guru yang Baik
1)      Brijazah
2)      Sehat jasmani dan rohani
3)      Bertanggung jawab
4)      Berjiwa nasional
B.     Sikap dan Sifat-Sifat Guru yang Baik
1)      Adil
2)      Percanya dan suka kepada murid-muridnya
3)      Sabar dan rela berkorban
4)      Memiliki perbawa (gezag) terhadap anak-anak
5)      Penggembira
6)      Bersikap baik terhadap guru-guru lainnya
7)      Bersikap baik terhadap masyarakat
8)      Benar-benar menguasai mata pelajarannya
9)      Suka kepada mata pelajaran yang diberikannya
10)  Berpengetahuan luas
5.      Segi-Segi Pendidikan (Pendidikan Jasmani-Kemasyarakatan)
A.    Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani adalah pendidikan yang sungguh penting, yang tidak dapat terlepas dari segi-segi pendiikan yang lain. Pendidikan jasmani yang diutarakan disini bukanlah mata pelajaran gerakan badan, melainkan erat sangkut paut dengan pertumbuhan dan kesehatan jasmani anak-anak.
Tujuan Pendidikan Jasmani
1)      Untuk menjaga dan memlihara badan,
2)      Membentuk budi pekerti anak-anak.
3)      Memupuk rasa kesosialan.
4)      Memupuk perkembangan fungsi-fungsi jiwa.
Tugas Pendidik
1)      Dengan cara mengajarkan bermacam-macam permainan dan gerak badan.
2)      Dengan cara mengajarkan ilmu kesehatan, yang dapat member petunjuk-petunjuk kepda anak-anak bagaimana seharusnya berbuat dan hidup menurut syarat-syarat ilmu kesehatan itu.
3)      Menjaga dan memelihara kesehatan sekolah tempat anak-anak itu belajar.
4)      Mengatur jalannya pendidikan sebaik-baiknya.
Dari uraian diatas yatalah bahwa tugas sekolah ada dua segi:
1)      Segi positif: yang berari scara langsung memupuk perkembangan jasmani anak-anak.
2)      Segi previntif yang berarti secara tidak langsung menjaga perkembangan dan kesehatan jasamani anak itu jangan sampai terganggu.
B.     Pendidikan Kecakapan
Pendidikan kecakapan atau pendidikan intelek ialah pendidikan yang bermaksud dengan mengembangkan daya pikir (kecerdasan) dan menambah pengetahuan anak-anak.
Pendidikan kecerdasan memiliki dua tugas yaitu:
1)      Pembentukan formal atau fungsional
2)      Pembetukan material
1)      Pembentukan fungsional (pengaruh ilmu jiwa daya)
Yang dimaksud dengan pembentukan fungsional atau pembentukan formal ialah pembentukan fungsi jiwa, seperti pengamatan, ingatan, fantasi, berpikir, perasaan , dan kemauan.
2)      Pembentukan material
Pendidikan intelek disebut pembentukan material jika didalamnya bermaksud menambah ilmu pengetahuan atau bahan-bahan (materi) yang dibutuhkan didalam kehidupan manusia sperti tanggapan-tanggapan, pengertian-pengertian, pengetahuan-pengetahuan siap (pate Kennis), dan keterampilan-keterampilan yang penting bagi kehidupan.
Dengan demikian, pembentukan material dapat dibagi menajdi dua bagian:
1)      Menambah pengetahuan: seperti dengan mengajarkan sejarah, ilmu bumi, ilmu hayat, bahasa, matematika,, dan fisika.
2)      Menambah keterampilan; seperti dalam pelajaran membaca, menulis, menggambar, pekerjaan tangan, pekerjaan keputrian, mengetik, menjahit, dan va-vak kejujuran.
C.    Pendidikan Agama
1)      Tujuan Pendidikan agama dan pengelolaannya
            Jiaka kita simak kembali apa yang dinyatakan dalam GBHN 1983-1988, tujuan pendidikan antara lain adalah untuk meningkat ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
            Dengan bertitik tolak dari GBHN tersebut, dapat dirumuskan bahwa tujuan pendidikan agama dsekolah-sekolah umum ialah untuk mendidik anak-anak supaya menjadi orang yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang berarti taat dan patuh menjalankan perintah serta menjauhi larangan-larangan-Nya seperti yang diajarkan dalam kitab suci yang dianut oleh agama masing-masing.
2)      Bila dan bagaimana pendidikan agama itu ditanamkan pad anak-anak.
            Secara pedagogis, pendidikan agama harus sudah dimulai sedini-dininya, sejak anak masih kecil. Sama halny dengan segi-segi pendidikan yang lai, pendidikan agama menyangkut tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
D.    Pendidikan Kesusilaan
1)      Tujuan pendidikan kesusilaan
            Maksud dan tujuan pendidikan kesusilaan itu ialah memimpin anak setia serta mengerjakan segala sesuatu yang baik, dan yan meninggalkan yang buruk atas kemauan sendiri dalam segala hal dan setiap waktu. Dengan singkat, dapat dikatakan bahawa pendidikan kesusilaan adalah mendidik anak menjadi orang yang berkepribadian dan berwatak baik.
2)      Dasar-dasar pendidikan kesusilaan
            Dalam pembentukan watak manusia, menurut John Dewey, ada tiga unsure yang penting, yaitu:
a.       Kenauan yang timbul dari inisiatif sendiri, tak terhalang, yang dapat dikembangkan oleh-anak-anak
b.      Kejernihan keputusan (kemampuan berpikir yang baik) yang dapat terbentuk dengan  penyelidikan dan perbuatan-perbuatan yang dilakukan sendiri oleh anak-anak sendiri.
c.       Kehalusan perasaan yang dapat ditanamkan dan dikembamgkan dengan bekerja sama dan dalam pergaulan sehri-hari dengan anak-anak lain.
Denagan singkat, untuk mencapai hasil naik bagi pendidikan kesusilaan perlulah dasar-dasar berikut:
a.       Anak-anak harus diajar supaya dapat membedakan yang baik dari yang buruk (menurut norma-norma kesusilaan yang berlaku didalam kehidupan masyarakat)
b.      Anak-anak hendaklah dididik agar berkembang perasaan cintanya tehadap segala sesuatu yang baik dan yang membenci segala sesuatu yang buruk.
c.       Anak-anak harus dibiasakan mengerjakan segala sesuatu yang baik dan mejauhi yang buruk, atas kemauan sendiri dalam segala hal dan setiap waktu.
3)      sumber-sumber kesusilaan
a.       agama
b.      negara
c.       masyarakat
d.      filsafat dan ilmu
E.     pendidikan Keindahan
1)      norma-norma keindahan
a.       pembawaan dan bakat
b.      lingkungan (milieu)
c.       aliran seni dan mode
d.      umur
e.       disamping keempat faktor-faktor yang  yang turut mempengaruhi cita rasa seseorang, seperti masa keamashuran pecipta suatu lagu, hubungan kita dengan penciptaan kesenian itu.
2)      Dasar-dasar pendidikan Keindahan
a.       Tidak hanya teori saja yang diberikan kepada anak-anak tetaapi juga-dan ini yang terpenting-membiasakan anak-anak mempraktikan keindahan itu dirumah,disekolah dan dimana saja.
b.      Tidak hanya intelek atau pikiran saja yang kita isi agar anak-anak dapat membedakan mana yang indah dan mana yang buruk, tetapi yang terpenting ialah membentuk kemauan dan menanam kedalam sanubari anak-anak perasaan cinta terhadap keindahan.
3)      Kebersihan, keindahan, dan kesehatan
            Jangan lupa yang dimaksud dengan 3k (keibersihan, kesehatan dan keindahan) tersebut bukan hana mengenai benda-benda dan keadaan luar manusia, melainkan juga mengenai batin-batin tiap-tiap anak. Jadi, tidak hanya besih badan pakaiannya saja, tetapi juga bersih batinnya, dan jiwanya. Dengan kata lain,pendidikan keindahan tidak dapat terlepas dari pendidikan kesusilaan.
4)      Usaha-usaha pendidik
a.      Didalam rumah tangga
v  Membiasakan sejak kecil anak-anak berlaku bersih, seperti mandi, berpakain, dan malkan menurut kebersihan
v  Membiasakan anak-anak yang mengerjakan segala sesuatu dengan tertib dan teratur, seperti makan dan tidur pada waktu dan tempatnya.
b.      Dilingkungan sekolah
v  Menghias kelas bersama-sama dengan gambar-gambar, lukisan-lukisan atau hasil pekerjaan tangan anak-anak sendiri.
v  Mengatur dan memelihara kebun sekolah, berkebun bunga-bungaan dan mengerjakan pekerjaan yang ringan-ringan yang setiap hari terjadi disekolah.
v  Disamping itu, dalam berbagai mata pelajaran pun dapat digunakan untuk memupuk rasa keindahan pada anak-anak seperti anak-anak dibiasakan menulis dengan teratur dan bersih.
F.     Pendidikan Kemasyarakatan
1)      Tugas dan pendidikan kemasyarakatan (pendidikan sosial)
a.       Mengajar anak-anak yang hanya mempunyai hak saja, menjadi manusia yang tahu dan menginsafi tugas kewajibannya terhadap bermacam-macam golongan dalam masyarakat
b.      Membiasakan anak-anak berbuat memauhi dan memenuhi tugas kewajiban sebagai anggota masyarakat dan sebagai warga negara.
2)      Lingkungan pendidikan dan pendidian sosial
            Pendidikan sosial adalah pengaruh yang disengaja yang datang dari pendidik-pendidik itu itu sendiri, dan pengaruh itu berguna untuk :
a.       Menjadikan anak itu yang baik dalam golongannya
b.      Mengajar anak itu supanya dengan sabar berbuat sosial dalam masyarakat, seperti dalam rapat-rapat, dijalan, dikereta api. Dan lain-lain.
3)      Usaha-usaha pendidik
a.       Usaha-usaha yang dapat dilakukan didalam kelaurga antara lain ialah:
·         Sejak masih kecil benar anak itu sudah dibiasakan hidup bersih dan tertib.
·         Juga anak-anak harus diajar menyesuaikan dengan lingkungannya.
·         Anak-anak beajar menahan diri dan belajar mengekang keinginan dan kehendaknya.
·         Kebiasaan-kebiasaan yang baik itu harus makin lama makin diinsafi oleh anak-anak sendiri, sehingga anak-anak mempunyai sipat patuh kepada perintah dan larangan orang tuantya dan juga patuh pada peraturan-peraturan umah tangga.
b.      Disekolah
                                            I.            Secara praktis, antara lain
v  Anak-anak dibiasakan pergi kesekolah pada waktunya, masuk dan keluar pada waktunya pula.
v  Anak-anak harus diajar secara teratur, baik bekerja perseorangan maupun kelompok.
v  Anak-anak harus dibiasakan melakukan segala sesuatu disekolah menurut peturan yang berlaku disekolahan itu.
v  Anak-anak diajar bergaul dan menyesuaikan diri dengan anak-anak lain disekolah, bekerja sama dan saling mebentu.
                                         II.            Dengan melalui berbagai mata pelajaran, sperti:
v  Pekrjaan tangan
v  IPS
v  Sejarah dan PSPB
v  Bahasa
v  Pendidikan jasmani
                                       III.            Pendidikan hendaklah harmonis
Keharusan dalam pendidikan itu jelas dan terlihat dalam tujuan pendidikan seperti tercantum dalam GBHN, yaitu: “meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kecedasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa”.

 Alat-Alat Pendidikan (Pembiasaan-Pengawasaan-perintah-Larangan-Ganjaran/Hukuman)
1.   Pendahuluan
             Lebih jelas lagi dalam memilih alat-alat pendidikan manakah yang baik dan sesuai,haruslah memperhatikan empat syarat yang  berikut:
a.    tujuan apakah yang hendak dicapai dengan alay itu,
b.   siapa (pendidik) yang menggunakan alat itu,
c.    anak (si terdidik) yang mana yang dikenai alat itu,
d.   bagaimana menggunakan alat itu.
Adapun   alat-alat pendidikan yang  sangat penting yang akan dibicarakan dalam bab ini ialah:
a.    Pembiasan dan pengawasan,
b.   Perintah dan larangan,dan
c.    Ganjaran dan hukuman.
2.   Pembisaan
Syarat-syarat pembiasaan
a.       Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat, jadi sebelum anak itu mempunyai pembiasaan lain yang berlawanan dengan hal-hal yang akan dibiasakan.
b.      Pembiasaan itu hendaklah terus menerus (berulang-berulang) dijalankan secara teratur sehingga akhirnya menjadi sesuatu kebiasaan yang otomatis. Untuk itu, dibutuhkan pengawasan.
c.       Pendidikan hendaklah konsekuen, bersikap tegas dan tetap teguh dalam pendiriannya yang telah diambilnya.
d.      Pembiasaan yang mula-mulanya mekanitistik itu harus makin menjadi pembiasaan yang disertai kata hati anak itu sendiri.
3.      Pengawasaan
Dalam hal ini harus ada perbandingan antara pengawasaan dan kebebasan. Tujuan mendidik adalah membntuk anak supaya akhirnya dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab sendiri atas perbuatannya, mendidik kearah kebebasan. Makin besar anak itu makin dikurangi pengawasan kepadanya dan sebaliknya makin besar kebebasan yang diberikan kepadanya.
4.      Perintah
Syarat-syarat memberi perintah
a.       Perintah hendaknya terang dan singkat, jangan terlalu banyak komentar, sehingga mudah dimengerti anak.
b.      Perintah hendaklah disesuaikan dengan keadaan dan umur anak sehingga jangan sampai memberi perintah yang tidak mungkin dikerjakan oleh anak itu. Tiap-tiap perintah hendaknya disesuaikan dengan kesanggupan anak.
c.       Kadang-kadang kita perlu juga mengubah perintah itu menjadi suatu perintah yang bersipat permintaan sehingga tidak terlalu keras kedengarannya.
d.      Jangan terlalu banyak dan jangan berlebih-lebihan member perintah, sebab dapat mengakibatkan anak itu tidak patuh, tetapi menentang, pendidik hendaklah hemat akan perintah.
e.       Pendidik hendaklah konsekuen terhadap apa yang dierintah-perintahnya. Suatu perintah yang harus ditaati oleh seorang anak, berlaku pula sebagai anak yang lain.
f.       Suatu perintah yang mengjak-sipendidik turut melakukannya-umumnya lebih ditaati oleh anak-anak, dan dikerjakannya lebih gembira.
5.      Larangan
Seoarang ibu atau ayah yang sering melarang perbuatan anaknya, dapat mengakibatkan macam-macam sifat atau sikap kurang baik pada anak itu, seperti:
·         Keras kepala atau melawaan
·         Pemalu dan penakut
·         Perasaan kurang-harga-diri
·         Kurang mempunyai rasa tanggung jawab,
·         Pemurung atau pesimis
·         Acuh tak acuh terhadap sesuatu (apatis), dan sebagainya.
Syarat-syarat yang mesti diperhatikan dalam melakukan larangan, diantaranya:
a.       Sama halnya dengan perintah, larangan itu harus diberikan dengan singkat, supaya dimengerti maksud larangan itu.
b.      Jika mungkin, larangan itu dapat diberi penjelasan singkat. Jika tidak mungkin, anak harus menerima saja larangan itu (bilamana?)
c.       Jangan terlau sering melarang; akibatnya tidak baik.
d.      Bagi anak-anak yang masih kecil, larangan dapat dicegah dengan membelokan perhatian anak kepada sesuatu yang lain, yang menarik minatnya.
6.      Ganjaran
a.      Maksud ganjaran
Ganjaran adalah salah satu alat pendidikan. Dengan sendirinya maksud ganjaran ialah sebagai alat untuk mendidik anak-anak supaya anak dapat merasa senang karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan.
Jadi, maksud ganjaran itu yang terpnting bukanlah hasinya yang dicapai seorang anak, melainkan dengan hasil yang telah dicapai anak itu pendidikan bertujuan membentuk kata hati dan kemauan yang lebih baik dan lebih keras pada anak itu.
b.      Ganjaran dan upah
“upah’ ialah sesatu yang mempunyai nilai sebagai “ganti rugi” dari suatu pekerjaan atau suatu jasa. “upah” adalah sebagai pembayar suatu tenaga, pikiran, atau pekerjaan yang telah dilakukan seseorang.
c.       Macam-macam ganjaran
1)      Guru mengangguk-angguk tanda senang dan membenarkan sesuatu jawaban yang diberikan oleh seorang anak.
2)      Guru memberikan kata-kata yang menggembirakan (pujian).
3)      Pekerjaan juga bisa berupa bentuk ganjaran.
4)      Ganjaran yang ditujukan kepada seluruh kelas sering sangat perlu.
5)      Ganjaran juga dapat berupa benda-benda yang menyenangkan dan berguna bagi anak-anak.
d.      Syarat-syarat ganjaran
1)      Untuk member ganjaran yang pedagogis perlu sekali guru mengenal betul-betul muridnya dan tahu menghargai dengan tepat.
2)      Ganjaran yang diberikan kepada seorang anak janganlah hendaknya menimbulkan rasa cemburu atau iri hati bagi anak yang lainnya yang pekerjaannya juga merasa lebih baik, tetapi tidak mendapat ganjaran.
3)      Member ganjaran hendaklah hemat. Terlalu kerap atau terus menerus member ganjaran dan penghargaan akan menjadi hilang arti ganjara itu sebagai alat pendidikan.
4)      Jangan memberi ganjaran dengan menjanjikan lebih dahulu sebelum anak-anak menunjukan prestasi kerjanya apalagi ganjaran yang diberikan untuk seluruh kelas.
5)      Pendidik harus hati-hati memberi ganjaran, jangan sampai ganjaran yang diberikan kepada anak-anak diterimanya sebagai upah dari jerih panyah yang telah dilakukannya.
e.       Beberapa pendapat tentang ganjaran
Pendapat para ahli terhadap ganjaran sebagai alat pendidikan berbeda-beda. Sebagai ahli didik yang menyetujui dan menganggap penting ganjaran itu dipakai sebagai alat untuk membentuk kata hati anak-anak. (Kaum Philantropijn)
Seorang pendidik hendaklah menginsafi bahwa yang dididik adalah anak, yang masih lemah kemauannya dan belum mempuyai kata hati seperti orag dewasa.
f.       Hukuman
1)      Apakah hukuman itu?
Hukuman ialah penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh seseorang (orang tua, guru, dan sebagainya) sesudah terjadi pelanggaran, kejahatan hendaklah.”
            Sebagai alat pendidikan hukuman hendaklah:
·         Senantiasa merupakan jawaban atas sesuatu pelanggaran;
·         Sedikit-banyaknya selalu bersifat tidak menyenangkan;
·         Selalu bertujuan kearah perbaikan; hukuman itu hendaklah diberikan untuk kepentingan anak itu sendiri.
2)      Hukuman dan ganjaran
            Hukuman diberikan atas perbuatan-perbuatan jahat atau buruk yang telah dilakukannya ganjaran diberikan atas perbuatan-perbuatan atau hal-hal yang baik yang telah dilaksanakannya. Kedua-duanya merupakan alat pendidikan.
            Nyatalah bahwa menghukum itu suatu perbuatan yang tidak bebas, tidak dapat dilakukan sewenang-wenang atau semaunya menurut kehendak seseorang. Hukuman bukanlah soal perseorangan, melainkan merupakan soal kemasyarakatan. Menghukum adalah perbuatan yang selalu mendapat pengawasan (dikontrol), baik oleh UU dan peraturan maupun oleh masyarakat atau badan-badan kemasyarakatan yang memang bertugas untuk itu.
3)      Maksud dan tujuan hukuman dan teori hukuman
a.      Teori pembalasan
Teori inilah yang tertua. Menurut teori ini, hukuman diadakan sebagai pembalasan dendam terhadap kelainan dan pelanggaran yang telah dilakukan seseorang.
b.      Teori perbaikan
Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk membasmi kejahatan.
c.       Teori perlindungan
Menurut teori ini hukuman diadakan untuk melindungi masyarakat dari perbuatan-perbuatan yang tidak wajar.
d.      Teori ganti kerugian
Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk mengganti kerugian-kerugian (boete) yang telah diderita akibat dari kejahatan-kejahatan atau pelanggaranitu.
e.       Teori menakut-nakuti
Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk menimbulakan perasaan takut kepada si pelanggar akan akibat perbuatannya yang melanggar itu sehingga ia akan selalu takut melakukan perbuatan tersebut dan mau meninggalkannya.
4)      Akibat hukuman
a.       Menimbulkan perasaan dendam pada si terhukum.
b.      Menyebabkan anak lebih pandai menyembuyikan pelanggaran.
c.       Memperbaiki tingkah laku si pelanggar.
d.      Mengakibatkan sipelanggar menjadi kehilangan perasaan salah.
e.       Akibat yang lain ialah memperkuat kemauan si perlanggar untuk menjalankan kebaikan.
5)      Beberapa macam hukuman
a.       Ada pendapat yang membedakan hukuman itu menjadi dua macam, yaitu:
1)      Hukuman preventif, yaitu hukuman yang dilakukan dengan maksud agar tidak atau jangan terjadi pelanggaran.
2)      Hukuman represif, yaitu hukuman yang dilakukan oleh karena adanya pelanggaran, oleh adanya dosa yang telah diperbuat.
b.      William Stern membedakan tiga macam hukuman, yaitu:
1)      Hukuman asosiatif
2)      Hukuman logis
3)      Hukuman normatif
c.       Disamping pembagian seperti tersebut diatas, hukuman itu dapat pula dibedakan seperti berikut:
1)      Hukuman Alam
2)      Hukuman yang disengaja
6) syarat-syarat hukuman yang pedagogis
a.       Tiap-tiap hukuman hendaklah dapat dipertanggung jawakan.
b.      Hukuman itu sedapat-dapatnya bersifat memperbaiki.
c.       Hukuman tidak boleh bersifat ancaman atau pembalasan dendam yang bersifat perseorangan.
d.      Jangan menghukum pada waktu kita masih marah.
e.       Tiap-tiap hukuman harus diberikan dengan sadar  dan sudah diperhtungkan atau dipertimbangkan terlebih dahulu.
f.       Bagi si terhukum (anak), hukuman itu hendaklah dapat dirasakannya sendiri sebagai kedukaan atau penderitaan yang sebenarnya.
g.      Jangan melakukan hukuman badan pada hakikatnya badan dilarang oeh negara.
h.      Hukuman tidak boleh merusak hubungan baik antara sipendidik dan anak didiknya.
i.        Kesanggupa meberi maaf dari si pendidik, sesudah menjatuhkan hukuman.
Dengan singkat hukuman dapat dikatan sebagai berikut:
v  Hukuman harus ada hubungannya dengan kesalahan
v  Hukuman harus disesuaikan dengan kepribadian anak
v  Hukuman harus diberikan dengan adil
v  Guru sanggup member maaf setelah hukuman itu dijalankan.
7) beberapa petunjuk praktis
a.       Kita harus menghukum kesalahan-kesalahan yang sungguh-sungguh saja, jika bagi kita sudah tidak ada jalan lagi.
b.      Hindarakanlah tindakan mengancam dan menakut-nakuti.
c.       Dalam menghukum, hendaklah kita berpesan halus.
d.      Dalam menghukum hendaklah kita bersikap adil.
e.       Hukuman dan pelanggaran sedapat-dapatnya harus ada hubungannya.
f.       Hukuman yang kita berikan hendaknya dapat menimbulkan rasa tanggung jawab pada anak.
Penilaian Formatif
1.      Dalam buku bahan ajar hal.3-5 dijelaskan pengertian paedagogie dan paedaggick. Terdapat juga penjelasan mengenai pengertian mendidik. Coba anda ungkapkan kembali ketiga pengertian tersebut dalam bentuk jawaban essay singkat padat.
Jawab:
   Paedagogik atau Ilmu pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang mennyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala mendidik. Mendidik adalah memimpin anak.
2.      Pada hal.12-13 diterangkan mengenai pendidik dan kedewasaan, jelaskan kedua maksud ini!
Jawab:
      Pendidik adalah orang (orang tua, guru) yang memimpin anak-anak kearah kedewasaan.
Kedewasaan orang yang dewasa itu benar-benar mengetahui siapa dirinya dan apa yang diperbuat,baikkah atau burukkah itu.
3.      Dalam ilmu pendidikan dikenal teori tabularasa (John Locke dan Francis Bacon) dan Teori Nativisme (Schopenhauer) apa yang dimaksud dengan kedua teori ini!
Jawab :
Teori Tabularasa
Teori ini mangatakan bahwa anak yang baru lahir tu dapat di umpamakan sebagai kertas putih yang belum ditulis (a sheet of white paper avoid of all characters)
Teori Nativisme
Lawan dari empirisme adalah Nativisme, Nativus (latin) berarti Karena kelahiran. Aliran Nativisme berpendapat bahwa tiap-tiap anak sejak kelahiran sudah mempunyai berbagai pmbawaan yang akan berkembang sendiri menurut arahnya masing-masing. Pembawaabn anak itu ada yang baik ada yang buruk. Pendidikan tidak perlu dan tidak berkuasa apa-apa.
4.      Ki Hajar Dewantara yang dkenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional dan jugapemimpin Taman siswa telah mengemukakan pandangannya tentang Azas-azas taman siswa.coba kemukakan kembali azas-azas tersebut.
Jawab:
Pendapat Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan, terutama pendidikan bagi anak-anak kita Indonesia. Asas-asas Taman Siswa sebagai berikut :
v  Hak seorang akan mengatur dirinya sendiri (zelfbeschikingsrecht) dengan mengingat persatuan dengan erikehidupan umum (maastchappelijke saamhorigheid),ituah pertama.
v  Tertib dan damai (tatadan tentrem, orde en vrede), itulah tujuan yang setinggi-tingginya.
v  Bertumbuh dengan dengan kodrat (natuurlijke groei), itulah yang perlu sekali untuk segala kemajuan (evolutie), dan haus dimerdekakan seluas-luasnya.
v  Dalam system ini maka pengajaran berarti mendidik anak akan menjadi manusia yang merdeka batinnya, merdeka pikirannya, dan merdeka tenaganya. Pengetahuan yang baik dan perlu ialah yang bermamfaat untuk keperluan lahir dan batin dalam hidup bersama (social belang).
Penilaian UTS
1.      Tujuan pendidikan nasional berdasarkan TAP-Tap MPR maupun UU No.2 Tahun 1989 tentang sisdiknas.
Jawab:
ketetapan MPRS dan MPR serta UUSPN No.2 Tahun 1989.
·         Didalam Tap MPRS No.XXVII/MPRS/1966 Bab II pasal 3 dicantumkan :”tujuan pendidikan membentuk manusia Pancasila sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan sepreti yang dikehendaki pembukaan dan isi Undang-Undang Dasar 1945”
·         Tap MPR No.IV/MPR/1978 menyebutkan : “Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan bertujuan meningkatkan ketakwaan terhadapa Tuhan yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi, budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.”
·         Didalam Tap MPR No.II/MPR/1988 dikatakan : “Pendidikan Nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, madiri, cerdas, terampil, serta sehat jasmani dan rahani.
·         Yan terakhir, didalam Undang-Undang No.2 Tahun1989 tentang sisitem Pendidikan Nasional, Bab II pasal 4 dikemukakan:”pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadapa Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta bertanggung jawabkemasyarakatan dan kebangsaan.”
2.      Menurut Mager (1975:21) ada tiga syarat dalam merumuskan tujuan intruksional yang baik. Apa saja keiga syarat tersebut.
Kriteria Merumuskan TIK
            Manurut Mager (1975 : 21) tujuan rumusan Intruksional yang baik harus memenuhi tiga syarat yaitu :
a)      Performance, tujuan Intruksional selalu menyatakan apa yang diharapkan dilakukan oleh siswa. Jadi, harus berbebuk tingkah laku siswa yang dapat diamati dan dapat diukur.
b)      Condition, tujuan Intruksional menyatakan pula dalam kondisi yang bagaimana tingkah laku tersebut diharapkan akan terjadi.
c)      Criterion, dalam rumusan tujuan Intruksional tergambar suatu criteria, sampai sberapa jauh penampilan tingkah laku siswa yang diharapkan. Dengan kata lain, harus jelas tingkat kemampuan atau/tingkah laku siswa itu dikatan dapat diterima atau tercapai.
3.      Tujuan pengajaran !!!
tujuan pengajarannya.
Pertama, jika guru tidak merumuskan tujuan atau menentukan tujuan pengajaran tetapi kurang jelas maka ia tidak akan dapat memilih atau merancang bahan pengajaran, isi,ataupun metode yang tepat untuk diajarkan dalam pengajaran itu. Pengamatan dan pengalaman kita mengetahui, karena tidak pernah merumuskan tujuan pengajaran guru-guru pada umumnya cenderung pada hanya menggunakan satu metode yang dianggap paling mudah yakni mtode ceramah saja.
Kedua, tidak adanya rumusan tujauan pengajaran yang jelas bagi guru sehingga sukar mengukur atau menilai sampai sejauh mana keberhasilan pengajaran itu. Rumusan pengajaran yang jelas dan menggambarkan suatu per-Formance yang diharapkan dikuasai oleh murid setelah mempelajari bahan pelajaran tertentu. Makin jelas rumusan pengajaran, makin mudah bahi guru member Instrumen penilaian mana yang tepat dipergunakan untuk mengukur atau menilai keberhasilan tujuan yang telah dirumuskan itu.
Ketiga, tanpa adanya rumusan tujuan yang jelas, sukar bagi guru untuk mengorganisasikan kegiatan-kegiatan atau usaha-usaha siswa dalam pencapaian tujuan pengajaran itu. Seperti telah dikatakan dimuka, dengan adanya tujuan yang jelas memungkinkan guru memilih metode mana yang sesuai sehingga proses belajar mengajar itu benar-benar mengarah dan dapat mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Bagi guru, setiap pemilihan metode berarti menentukan jenis proses belajar mengajar mana yang dianggap lebih efektif untuk mencapai tujuan yang telah dirmuskan.
4.      Menurut Bloom, ranah kognitif dibagi menjadi enam tingkat kemampuan (bahan ajar halm. 45). Jelaskan keenam ranah tersebut dan mengaitkannya dengan perumusan TIK
Ranah Kognitif oleh Bloom dibagi menjadi enam tingkat kemampuan, yaitu:
a.       Kemampuan Ingatan (knowledge)
Yang dimaksud dengan kemampuan Ingatan (knowledge) ialah tingkat kemampuan yang hanya meminta reponden atau siswa untuk mengenal untuk mengetahui adanya konsep, fakta, atau istilah-istilah tanpa harus mengerti atau dapat menilai atau menggunakannya.dalam hal ini siswa hanya dituntut kembali (recall) atau menghapal saja.
b.      Kemampuan Pemahaman (Comprehention)
Adalah tingkat kemampuan menuntu siswa mampu memahami konsep atau arti, situasi serta, fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini siswa bukan hanya hapal secara verbalistis, tetapi mengerti atau paham terhadap konsep atau fakta yang ditanyakannya.
c.       Kemampuan Penerapan (Application)
Dalam tingkat ini aplikasi, siswa dituntut kemampuannya untuk menerapkan atau menggunakan apa yang telah diketahuinya dalam situasi yang aru baginya. Dapat dikatakan Aplikasi adalah penggunaan abtraksi pada situasi konkret atau situasi khusus. Abtraksi yang dimaksud berupa ide-ide teori petunjuk teknis dan sebagainya.
            Contoh : setelah mempelajari sipat-sipat benda yang ada di Ala ini, siswa dapat mengklasifikasi benda-banda di Ala ini menurut sifat-sifatnya.
d.      Kemampuan Penguraian (Analysis)
Tingkat kemampua penguraian atau analisis adalah tingkat kemampuan yang menuntut siswa menguraikan atau menganalisis suatu integritas atau situasi tertentu kedalam komponen-komponen atau unsur-unsur pembetukannya. Pada tingkat analisis siswa diarapkan dapat memahami dan sekaligus dapat memilah-milahnya menjadi bagian-bagian.
            Contoh : dengan mempelajari speristiwa-peristiwa yang terjadi sehari-hari, siswa dapat mengurikan secara sistematis bagaimana proses terjadinya hujan.
e.       Kemampuan Penyatuan (Synthesis)
Kemampuan yang kelima adalah sintesis yang berarti penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian dalam suatu bentuk yang menyeluruh. Kemampuan sistesis merupakan kebalikan dari kemampuan analisis. Tanpa memiliki kemampuan sintesis, seseorang hanya dapat melihat bagian-bagian atau komponen-komponen secara terpisah tanpa arti.
            Contoh: setelah mengadakan Observasi disuatu daerah, siswa secara berkelompok dapat menyususn rencana arau langkah-langkah bagaimana cara melaksanakan karya wisata kedaerah tersebut.
f.       Kemampuan Penilaian (Evaluation)
Kemampuanl Kognitif yang terakhir adalah evaluasi atau penilaian. Kemampuaa berpikir evaluasi menurut siswa untuk membuat penilaian tentang suatu pernyataan, konsep, situasi, dan sebagainya, berdasarkan suatu criteria tertentu.
Ada dua kiteria dalam evaluasi, yaitu : Internal, dan eksternal, bentuk evaluasi berdasarkan Internnal dapat berpa:
·         Mnegukur probilitas suatu kejadian
·         Meerapkan kriteria tertentu pada suatu karya
·         Mengenal ketetapan, kesempurnaan dan relevansi data,
·         Membedakan valid tidaknya suatu generalisasi, argumentasi, dan semacamnya.
Penilaian UAS/AUP
1.      Pada bab XI,bahan ajar 123-135 dijelaskan macam-macam lingkungan pendidikan. Jelaskan macam-macam lingkungan yang diuarai dalam bab ini!
E.     Jawab: Macam-Macam Lingkungan Pendidikan
Macam-macam lingkungan (tempat) pendidikan itu ialah:
f.       Lingkungan keluarga
g.      Lingkungan sekolah
h.      Lingkungan kampung
i.        Lingkungan perkumpulan pemuda
j.        Lingkungan negara, dan sebagainya.
Kelima macam lingkungan tersebut baiklah kita golongkan saja menjadi tiga golongan besar, yaitu:
d.      Lingkungan keluarga, yang disebut juga lingkungan pertama
e.       Limgkungan sekolah, yang disebut juga lingkungan kedua
f.       Lingkungan masyarakat, yang disebut juga lingkungan keiga
F.     Perbedaan Lingkungan Keluarga dab Lingkungan Sekolah
d.      Perbadaan pertama ialah rumah atau ligkungan keluarga, yakni lingkungan pendidikann yang sewajarnya.
Perasaan keawajiban yang ada pada orang tua untuk mendidik anak-anaknya timbul dengan seindirinya, secara alami tidak tanpa dipaksa atau disuruh oleh orang lain. Demikian pula perasaan kasih sanyang orang terhadap anak-anaknya adalah kasih sanyang sejati, yang timbul secara sepontan dan tidak dibuat-buat. Sedangkan sekolah adalah buatan manusia.
e.       Perbedaan kedua adalah perbedaan suasana
Kehidupan dan pergaulan disekolah sifatnya lebih zakelijk dan lebih lugas. Disekolah harus ada ketertiban dan peraturan-peraturan tertentu yang harus dijalankan oleh tiap-tiap muid dan guru.
f.       Perbedaan ketiga adala perbedaan pergaulan
Sebenarnya tugas orang tua atau keluarga dan sekolah hampir bersamaan; keduanya melaksanakan pendidikan dengan keseluruhan dari anak. Perbedaannya adalah yang sau lebih menitik beratkan kepada salah satu segi pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya masing-masing.
G.    Kerja Sama Antara Keluarga dan Sekolah
c.       Mengapa kerja sama antar keluarga dan sekolah itu penting bagi pendidikan.
Dengan adanya kerja sama itu, orang tua akan dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman dari guru dalam mendidik anak-anaknya. Sebaliknya, para guru dapat pula memperoleh keterangan-keterangan dari orang tua tentang kehidupan dan sifat-sifat anaknya.
Demikian pula orang dapat mengetahui kesulitan-kesulitan manakah yang sering dihadapi anak-anaknya disekolah.
d.      Bagaimanakah cara untuk mempererat hubungan dan kerja sama antara sekolah dan keluarga
7)      Mengadaka pertemuan orang tua pada hari penerimaan murid baru.
8)      Mengadakan surat menyurat antara sekolah dan keluarga.
9)      Adanya daftar nilai dan rapor yang setiap catur wulan atau semesterdibagikan kepada murid-murid pun dapat dipakai sebagai penghubung antara sekolah dan orang tua muid.
10)  Kunjungan guru kepada orang tua murid, atau sebaliknya kunjunga orang tua murid kesekolah.
11)  Mengadakan perayaan, pesta sekolah atau pameran-pameran hasil karya murid-murid.
12)  Yang terpenting ialah; mengadakan perkumpulan orang tua murid dengan para guru (POMG)
H.    Taman Kanak-Kanak sebai Jembatan antar keluarga dan Sekolah
d.      Pelopor/pediri taman kanak-kanak
Rousseau (1712-1778) mengemukakan pendapat tentang pendidikan anak-anak dalam bukunya, Emile, orang mulai mengenal bahwa anak itu sebenarnya berlainan denga orang dewasa, dan harus dilakukan secara berlainan pula.
Salah seorang pelopor perbaikan dan pelaksanaan dalam cinta dan kasih saying terhadap anak-anak itu F.W.A. Frobel. Frobel seorang ahli didik bangsa Jerman yang disebut juga sebagai Bapak Taman Kanak-Kanak, dilahirkan di Oberweiszbach pada tanggal 21 April 1782 dan meninggal pada dunia pada 21 Juni 1852 di Liebenstien. Anjuran yang tekenal diseolahnya adalah dalam medidik anak-anak,yaitu Friede, Freude, dan Freiheit (damai, gembira dan merdeka), sesuai sekali dengan kebutuhan perkembangan anak.
Nursery school
Sesungguhnya Nursery school itu tidak tepat kalau disamakan dengan sekolah biasa.lebih tepat kiranya kalau dinamakan “tempat mengasuh kanak-kanak”. (child-care centers). Sebab, dalam nursery school itu anak-anak tidak disiapkan untuk menerima pelajaran-pelajaran atau keterampilan (skill), seperti halnya di SD biasa.
e.       Mamfaat Taman Kanak-Kanak
4)      Member pendidikan yang lengkap kepada anak-anak (±3-6 tahun) sebagai pengembangannya yang wajar.
5)      Member pertolongan dan bimbingan kepada para ibu dalam mendidik anak-anaknya.
Mendidik dan menyiapkan para calon ibu dala teori dan praktik untuk menjadi pemimpin kindergarten dan untuk tugasnya sebagi ibu dikemudian hari.

2.      Pada bab XII, bahan ajar hal.138-148 diuraikan tentang syarat-syarat, sikap dan sikap guru yang baik adalah !!
Jawab:
Guru Sebagai Pendidik
Syarat-syarat Menjadi Guru yang Baik
5)      Brijazah
6)      Sehat jasmani dan rohani
7)      Bertanggung jawab
8)      Berjiwa nasional
Sikap dan Sifat-Sifat Guru yang Baik
11)  Adil
12)  Percanya dan suka kepada murid-muridnya
13)  Sabar dan rela berkorban
14)  Memiliki perbawa (gezag) terhadap anak-anak
15)  Penggembira
16)  Bersikap baik terhadap guru-guru lainnya
17)  Bersikap baik terhadap masyarakat
18)  Benar-benar menguasai mata pelajarannya
19)  Suka kepada mata pelajaran yang diberikannya
20)  Berpengetahuan luas
3.      Segi-segi pendidikan banyak macamnya, namun anda hanya diminta  menjelaskan tentang pendidikan kecakapan dan pendidikan agama, apa beda keduaya!
Jawab:
Pendidikan Kecakapan
Pendidikan kecakapan atau pendidikan intelek ialah pendidikan yang bermaksud dengan mengembangkan daya pikir (kecerdasan) dan menambah pengetahuan anak-anak.
Pendidikan kecerdasan memiliki dua tugas yaitu:
3)      Pembentukan formal atau fungsional
4)      Pembetukan material
3)      Pembentukan fungsional (pengaruh ilmu jiwa daya)
Yang dimaksud dengan pembentukan fungsional atau pembentukan formal ialah pembentukan fungsi jiwa, seperti pengamatan, ingatan, fantasi, berpikir, perasaan , dan kemauan.
4)      Pembentukan material
Pendidikan intelek disebut pembentukan material jika didalamnya bermaksud menambah ilmu pengetahuan atau bahan-bahan (materi) yang dibutuhkan didalam kehidupan manusia sperti tanggapan-tanggapan, pengertian-pengertian, pengetahuan-pengetahuan siap (pate Kennis), dan keterampilan-keterampilan yang penting bagi kehidupan.
Pendidikan Agama
3)      Tujuan Pendidikan agama dan pengelolaannya
            Jiaka kita simak kembali apa yang dinyatakan dalam GBHN 1983-1988, tujuan pendidikan antara lain adalah untuk meningkat ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
            Dengan bertitik tolak dari GBHN tersebut, dapat dirumuskan bahwa tujuan pendidikan agama dsekolah-sekolah umum ialah untuk mendidik anak-anak supaya menjadi orang yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang berarti taat dan patuh menjalankan perintah serta menjauhi larangan-larangan-Nya seperti yang diajarkan dalam kitab suci yang dianut oleh agama masing-masing.
4)      Bila dan bagaimana pendidikan agama itu ditanamkan pad anak-anak.
            Secara pedagogis, pendidikan agama harus sudah dimulai sedini-dininya, sejak anak masih kecil. Sama halny dengan segi-segi pendidikan yang lai, pendidikan agama menyangkut tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
4.      Terkadang peranan keluarga, lingkungan/masyarakat, sekolah dalam dunia pendidikan sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak didik? Mengapa? Disamping itu ada faktor lain yang mempengaruhi pendidikan, yaitu rasa takut pada anak. Apa saja yang menimbulkan rasa takut pada anak?
Jawab:
Perasaan takut adalah sejenis aluri (insting). Perasaan takt terdapat pada semua orang; baik orang tua maupun orang muda, dewasa, maupun anak-anak, kaya ataupun miskin, semua mempunyai perasaan takut itu.
            Dari penyelidikan ilmu jiwa anak, pada banyi dari bayi telah terdapat perasaan takut”
1)      Takut akan jatuh (kehilangan akankeseimbanganbadannya) yang bisa disebut juga instingtif
2)      Takut kepada bunyi yang keras; seperti bunyi pintu yang ditutup dengan kerasnya,
Apakah yang menimbulkan rasa takut pada anak?
1)      Suatu yang aneh-aneh, yang selama ini belum pernah dikenalnya.
2)      Sesuatu yang telah dikenalnya, bercampur dengan hal yang masih asing sekali dan tak masuk akal mereka.
3)      Jika mereka terpisah dengan orang yang disanyangi atau yang sikenalnya. Anak akan menangis jika ditinggal sendirian.
4)      Karena ditimbulkan oleh pengaruh orang dewasa atau anak-anak yang sudak agak besar.
5)      Kesulitan-kesulitan yang dialami oleh anak itu dalam kehidupan sehari-hari
Sebab-sebab yang dapat timbul perasaan takut pada anak-anak dapat kita katakana sebagai berikut:
·         Tidak tahu yang sebenarnya terjadi disekitarnya
·         Kesukaran-kesukaran dalam kehidupan, yang menghilangkan kepercanyaan diri sendiri
·         Berpisah dengan orang yang dicintai atau dikenal
·         Pengaruh-pengaruh salah dari orang-orang lain yang dilakukan dengan sadar atau tidak sadar.



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 komentar:

Posting Komentar